Jakarta, CNN Indonesia -- Bob Dylan mencetak sejarah saat dijadikan penerima penghargaan Nobel Sastra tahun lalu. Ia bukan hanya tidak langsung muncul dan berterima kasih kepada Swedish Academy atau menjawab permintaan wawancara media. Dylan juga dianggap tak layak karena ia bukan sastrawan.
Namun Dylan sejatinya bukan hanya menulis lirik musik. Ia juga menggambar sketsa yang dikumpulkan menjadi buku. Lirik-liriknya juga puitis untuk dijadikan antologi puisi.
Kini Dylan bakal punya torehan lain di bidang sastra. Pidato atau ‘ceramah’ yang ia sampaikan sebagai salah satu syarat menerima hadiah Nobel Sastra, akan dibukukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerbit Simon & Schuster baru saja mengumumkan rencana penerbitan pidato penerimaan Nobel Sastra Bob Dylan. Tebalnya hanya 32 halaman. Dicetaknya pun hanya 100 kopi. Meski begitu, harganya tak tanggung-tanggung. Buku itu bisa dibeli dengan harga US$2.500 (Rp33,9 juta).
Buku itu akan dibikin hardcover. Ada yang standar dan ada yang menjadi edisi khusus. Di edisi khusus, ‘ceramah’ itu akan ditandatangani langsung oleh musisi asal Amerika itu.
Pidato di penerimaan Nobel Sastra merupakan refleksi kehidupan Dylan. Ia juga menyebut beberapa sosok yang menjadi inspirasinya, seperti Buddy Holly dan Leadbelly. Melalui pidato itu Dylan juga mengungkapkan apa saja yang memengaruhi dirinya menulis lirik.
Mengutip
NME, itu termasuk The Odyssey, Moby Dick, dan All Quiet On The Western Front.
Ceramah Dylan tahun lalu di Stockholm dihadiri Patti Smith, yang memainkan musiknya, A Hard Rain’s A-Gonna Fall diiringi orkestra sebagai penampil undangan di ajang itu. Smith mengaku gugup dan sempat menginterupsi ceramah, “Maafkan saya, saya gugup,” katanya.
Meski ceramah Dylan disebut inspiratif dan akan dibukukan, kontennya sempat bermasalah karena dianggap menyontek. Saat bicara soal pengaruh Moby Dick pada dirinya, ada bagian yang diklaim mengambil dari ulasan SparkNotes terhadap novel klasik Herman Melville itu.
SparkNotes adalah situs yang biasa digunakan sebagai pedoman mahasiswa sastra.
Seperti diberitakan Reuters, penulis Andrea Pitzer menyebut ada setidaknya 20 kalimat yang digunakan Dylan di ‘kuliahnya,’ mengulang frasa atau ide SparkNotes soal Moby Dick.
Salah satunya, menurut catatan Pitzer, adalah saat Dylan menulis, “Ahab memiliki seorang istri dan anak di Nantucket, di mana dia mengenang masa-masa sekarang dan kemudian.”
Di ulasannya SparkNotes menulis, “melamun tentang istri dan anak yang dimilikinya di Nantucket.” Kedua kalimat itu memang tidak sama persis, tapi mengandung ide yang mirip.
“Jika Moby Dick [yang diulasnya] di ‘kuliah’ Nobel Sastra saja menyontek dari SparkNotes, lalu dunia harus bagaimana? Mungkin penggunaan SparkNotes bisa dilihat sebagai parodi atas penghargaan Nobel yang begitu prestise itu,” lanjut Pitzer dalam tulisannya, menyindir.
Perwakilan Dylan tidak berkomentar dan tidak menjawab telepon saat coba dikonfirmasi.
(rsa)