'Mimpi Indah' Dongeng yang Tak Pernah Mati

Bimo Wiwoho | CNN Indonesia
Minggu, 19 Nov 2017 14:00 WIB
Dongeng punya segudang manfaat, baik bagi pencerita maupun pendengarnya. Meski zaman sudah serba sibuk, manfaat dongeng itu masih relevan sampai kini.
Dongeng punya segudang manfaat indah baik bagi penuturnya maupun pendengarnya. (Ilustrasi/Thinkstock/DGLimages)
Aceh, CNN Indonesia -- Jangankan melontarkan ‘pada zaman dahulu…’ untuk anak-anak dan mengajak mereka berimajinasi. Melihat wajah, mencium kening, mematikan lampu dan menarik selimut mereka saja orang tua ‘zaman now’ mungkin tak sempat.

Sibuk, alasannya. Atau, ada pula orang tua yang menganggap dongeng sebelum tidur sudah tak relevan lagi. Jadul.

Tapi bagi Rika Endang Triyani dari komunitas Ayo Dongeng Indonesia (Ayodi), dongeng tak pernah mati. Membacakan buku atau menceritakan pengalaman diri pada anak-anak, manfaatnya tak lekang di makan waktu. Tak ada kata tak sempat atau tak relevan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dongeng membentuk karakter anak, itu pasti. Di sela acara Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) 2017 di Banda Aceh beberapa waktu lalu Rika bahkan menegaskan, efeknya ekstra. Bisa sampai jangka panjang.

Dongeng, katanya, adalah media mujarab untuk menanamkan sifat-sifat mulia kepada anak sejak dini. Jika dinasihati langsung, biasanya anak tidak akan langsung menuruti.

Lewat dongeng, nasihat itu bisa diajarkan pelan-pelan. Anak bisa diberi pengertian soal apa dampak buruk berbohong, lewat karakter fiktif yang diceritakan dalam dongeng.

Anak sebenarnya bisa 'dijinakkan' lewat buku cerita atau dongeng.Anak sebenarnya bisa 'dijinakkan' lewat buku cerita atau dongeng. (Ilustrasi/robarmstrong2/Pixabay)
Sebut saja cerita Enid Blyton dalam salah satu seri buku anaknya, tentang seorang anak yang suka berbohong. Sekali berbohong, teman-temannya percaya. Dua kali, lingkungan dekatnya pun masih percaya. Saat ia berkata untuk ketiga kalinya, meskipun itu fakta, orang-orang tak lagi percaya karena menganggap itu kebohongan lainnya.

“Kalau dibawakan dalam sebuah cerita, ‘Oh ternyata bohong itu jeleknya seperti ini,’” ujar Rika sembari mencontohkan menanamkan prinsip ‘berbohong itu buruk’ pada anak.

Anak cenderung tak suka ditegur atau dinasihati. Lewat dongeng, pesan itu bisa disisipkan.


Rika memberi contoh lain. Menanamkan tentang bagaimana sikap saat makan yang baik, misalnya. Ketika orang tua meminta anak duduk yang baik saat makan, tidak jarang si anak malah mengabaikan. Mereka akan bersikap yang berlawanan dengan apa yang diminta orang tua.

Tapi sikap itu bisa diubah melalui dongeng. “Itu [menanamkan sikap baik saat makan lewat dongeng] lebih manjur. Tidak terasa, tapi kena. Sikap anak akan berubah,” Rika menjamin.

Dongeng boleh dianggap sekadar kata-kata yang lewat. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Tapi itu juga bisa berisi nasihat yang lengkap. Dari sebab, sampai akibat.

“Dongeng juga melatih anak berimajinasi,” Rika menambahkan.

Anak bisa didorong untuk lebih berimajinasi lewat mendongeng.Anak bisa didorong untuk lebih berimajinasi lewat mendongeng. (Ilustrasi/kaleido-dp/Pixabay)
Manfaat lain dari dongeng, lanjut Rika lagi, adalah meningkatnya kedekatan orang tua dan anak. Menurut Rika, orang tua masa kini semakin jauh dengan anak karena komunikasi dua arah mereka kerap dilakukan secara tidak langsung. Kalau tidak telepon, hanya pesan teks.

Tapi dengan dongeng, orang tua dan anak dapat meningkatkan kembali kedekatannya. Kedua pihak harus saling bertatap muka dan saling mendengar.

“Otomatis anak juga akan terbiasa mendengarkan isi hati orang lain,” tutur Rika.

Demikian lah, dongeng pun punya ‘mimpi indah,’ segudang manfaat yang tak pernah mati. (rsa)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER