Legenda Putri Duyung yang Ikut Terbakar di Museum Bahari

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Selasa, 16 Jan 2018 10:32 WIB
Museum Bahari yang terbakar Selasa (16/1) bukan hanya menyimpan koleksi kemaritiman seperti kapal, melainkan juga menampilkan legenda kelautan Indonesia.
Museum Bahari sebelum direvitalisasi tahun lalu. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudera
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa

Jika ingin tahu lebih banyak tentang nenek moyang kita yang konon katanya seorang pelaut, datanglah ke Museum Bahari. Di sana ada sekumpulan koleksi kelautan Nusantara, termasuk perahu tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.

Salah satunya kapal pinisi. Replika kapal megah yang banyak diproduksi di Sulawesi itu menjadi salah satu daya tarik dan diletakkan di ruang utama museum. Usianya puluhan tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Bukan hanya itu, Museum Bahari juga berisi kapal-kapal modern dan koleksi TNI AL.

Jika ingin melihat sosok-sosok legenda laut, juga bisa ke sana. Replika Dewa Baruna, Davy Jones, sampai putri duyung dan poseidon ada di sana, lengkap dengan informasi kelautan.

Tak ketinggalan, legenda laut asli dari Indonesia, yakni Nyi Roro Kidul alias Ratu Pantai Selatan. Dewi Ruci yang disandang sebagai nama kapal kebanggaan Indonesia tentu menjadi salah satu daya tarik. Informasi tentang Laksamana Cheng-Ho pun dipamerkan.

Bangunan museum yang terletak di Jalan Pasar Ikan Nomor satu, Penjaringan, Jakarta Utara tak jauh dari pasar pelelangan ikan dan Pelabuhan Sunda Kelapa itu merupakan peninggalan VOC di zaman Belanda. Salah satu penandanya, menara syahbandar di depan museum.

Kapal pinisi ikut dipamerkan di Museum Bahari.Kapal pinisi ikut dipamerkan di Museum Bahari. (ANTARA FOTO/Abriawan AbheI
Dahulu, VOC menggunakannya sebagai markas penyimpan hasil bumi. Bangunan itu sudah dibangun sejak 1600-an dan dinding utamanya masih digunakan hingga kini.

Peruntukan bangunan tidak jauh berbeda di zaman Jepang. Ia jadi pusat penyimpanan barang-barang logistik. Saat akhirnya diambil alih oleh pemerintah Indonesia, gedung itu menjadi gudang kelistrikan PLN. Ia baru menjadi museum pada 7 Juli 1977.

Sebelumnya, bangunan itu telah melalui proses pemugaran sejak 1976.

Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin lah yang meresmikannya menjadi Museum Bahari.


Tahun lalu, ini museum itu kembali dipugar. Dinding luarnya yang dicat ulang, kayu-kayu penyangga atap yang sudah mulai lapuk diperbarui. Meski begitu, pihak museum tetap mempertahankan ciri khas lawas dari gedung, termasuk gapura melengkung yang jadi pintunya.

Jendela-jendela besar khas bangunan Belanda juga masih ada.

Revitalisasi yang rampung akhir tahun lalu itu, diharapkan dapat semakin menarik pengunjung. Salah satunya dengan menyediakan ruang untuk pameran seni kontemporer yang isinya bisa berganti-ganti.

Museum Bahari termasuk ramai di saat akhir pekan. Harga tiket masuknya hanya Rp5 ribu per orang dewasa. Anak-anak dan siswa bisa lebih murah lagi.


Sayangnya, museum yang baru saja dipugar itu terbakar hari ini, Selasa (16/1). Berdasarkan informasi yang diterima dari Kantor Pemadam Kebakaran Jakarta Utara, museum yang berada di Jalan Pasar Ikan, Penjaringan itu dilaporkan terbakar pada pukul 08.55 WIB.

Salah satu netizen menyebut 60 persen bangunan sejarah museum itu dilahap api. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER