Jakarta, CNN Indonesia -- Oscar tahun ini mengukir sejarah bagi dunia perfilman di Libanon dan Suriah. Untuk pertama kalinya, seperti diberitakan Reuters, film perwakilan dari negara mereka masuk nominasi Academy Awards, ajang penghargaan paling bergengsi di dunia perfilman Amerika.
Drama
The Insult yang merupakan karya sutradara Libanon Ziad Doueri dinominasikan untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Sementara
Last Men in Aleppo dari sutradara asal Suriah, Firas Fayyad masuk nominasi untuk kategori Film Dokumenter Terbaik.
The Insult menyoroti ketegangan sektarian yang memanas di masyarakat Libanon. Drama itu bercerita tentang silat lidah antara dua orang di Libanon yang berujung pada pengadilan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Youtube]Film itu sudah tayang di Libanon, meski diwarnai protes karena sutradaranya pernah membuat film berjudul
The Attack di Israel, padahal hubungan kedua negara itu masih panas. Doueri sang sutradara sampai ditahan dan diinterogasi pengadilan militer, namun tak dihukum.
Libanon sendiri sudah memasukkan perwakilannya di Oscar sejak 1978, namun tak pernah terpilih sebagai nominasi.
The Insult adalah film pertama mereka yang tembus ajang itu, mengalahkan puluhan film lainnya. Tahun ini ada 92 negara yang memasukkan filmnya.
“Benar-benar kabar gembira bahwa kami mendapatkannya [tembus nominasi Oscar], karena ini kali pertama Libanon ada di Oscar dan itu menerbitkan sedikit harapan,” ujar Doueri.
Dalam wawancaranya dengan Reuters ia melanjutkan, masuk nominasi saja rasanya seperti sudah mendapatkan medali. “Rasanya seperti ikut Olimpiade dan tim kalian untuk pertama kalinya memenangi medali perunggu atau perak,” tuturnya menggambarkan antusiasme.
Sementara
Last Men in Aleppo, film karya Fayyad, merupakan dokumenter tentang White Helmets, kelompok penyelamat di tengah perang Suriah. Fayyad mengaku bangga filmnya bisa diakui dan berharap cerita tentang White Helmets bisa menginspirasi orang lain.
“Saya bangga akan itu [masuk nominasi Oscar]. Itu membuka jalan bagi sineas dan artis lain untuk berpikir bahwa tidak ada yang tidak mungkin, terutama ketika negara Anda dihancurkan, sumber daya Anda sedikit, orang-orang yang mampu bertahan hanya segelintir,” katanya pada
Reuters.
[Gambas:Youtube]Ini bukan film tentang White Helmets pertama di Oscar. Tahun lalu, ada pula dokumenter berjudul
The White Helmets yang masuk nominasi Dokumenter Pendek Terbaik dan berhasil membawa pulang piala. Meski subjeknya dari Suriah, sutradaranya bukan asli sana.
The White Helmets merupakan karya Orlando von Einsiedel dan Joanna Natasegara.
Subjek di film itu dan sineas dari negara-negara Islam kesulitan datang ke Oscar tahun lalu, meski mereka menjadi nomine bahkan menang, karena kebijakan Amerika soal imigran.
(rsa)