Kematian Robin Williams Picu Lonjakan Angka Bunuh Diri di AS

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 09 Feb 2018 08:09 WIB
Sebuah studi menunjukkan kasus kematian Robin Williams mempengaruhi jumlah angka kejadian bunuh diri di Amerika Serikat.
Sebuah studi menunjukkan kasus kematian Robin Williams mempengaruhi jumlah angka kejadian bunuh diri di Amerika Serikat. (Frederick M. Brown/Getty Images/AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah penelitian yang dipublikasikan baru-baru ini menunjukkan angka bunuh diri di Amerika Serikat melonjak nyaris 10 persen usai kasus kematian Robin Williams pada 2014 lalu.

Publikasi tersebut juga menunjukkan lonjakan yang nyata terjadi pada pria dan dengan cara yang mirip dengan yang dilakukan Williams.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah PLOS One menemukan bahwa dalam lima bulan setelah kematian Williams pada 11 Agustus 2014, yaitu hingga Desember, tercatat 18.690 kasus bunuh diri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka tersebut meningkat 9,85 persen dari prediksi sebelumnya dalam periode tersebut.


Williams ditemukan tak bernyawa di kediamannya di California pada usia 63 tahun. Kematian komedian dan peraih piala Oscar tersebut menggemparkan penggemar dan dunia.

Pihak berwenang kala itu menyatakan kematian Williams disebabkan oleh asphyxia alias sesak nafas akibat gantung diri.

Pun, hasil autopsi menemukan bintang Jumanji itu menderita demensia Lew body yang mampu menyebabkan penurunan progresif kemampuan mental.

Studi tersebut juga menemukan angka bunuh diri di kalangan pria usia 30-44 tahun meningkat 12,9 persen setelah kasus Robin Williams.


Selain itu, temuan lain dari data yang diambil dari Centers for Disease Control and Prevention tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah kematian akibat mati lemas sebesar 32 persen.

Meski studi tersebut tidak dapat membuktikan keterkaitan secara langsung antara peningkatan angka bunuh diri dengan kasus Robin Williams, namun peneliti menyimpulkan keduanya memiliki hubungan satu sama lain.

Salah satunya, publikasi besar-besaran oleh media atas kematian Williams diduga "telah memberikan stimulus penting bagi populasi rentan di Amerika Serikat (seperti pria paruh baya yang putus asa) untuk beride melakukan bunuh diri."


Peneliti juga menyatakan, publikasi kasus Williams yang mendetail dan sensasional semakin memberikan dampak dengan didukung gema dari netizen di media sosial.

Para peneliti mengambil perbandingan dengan kasus bunuh diri yang dilakuka Kurt Cobain pada 1994. Kala itu, pelaporan mengenai insiden tersebut amat terbatas sehingga menimbulkan dampak dan peningkatan rasio bunuh diri yang kecil.

"Industri media dapat secara positif atau negatif mempengaruhi tindakan imitasi bunuh diri," kata tim peneliti.

"Berita media yang populer menunjukkan bahwa pedoman pemberitaan untuk kasus bunuh diri tidak dijalankan dalam kasus Robin Williams." tulis studi tersebut.

[Gambas:Youtube]

Masalah depresi jangan dianggap enteng. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, Anda disarankan menghubungi pihak yang bisa membantu, misalnya saja Into The Light ([email protected]) untuk penduduk Jabodetabek atau Inti Mata Jiwa untuk penduduk Yogyakarta dan sekitarnya ([email protected]). (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER