Jakarta, CNN Indonesia -- Cerita
Doel yang bermimpi menjalani bangku pendidikan bak menjadi kisah klasik dalam benak masyarakat. Selama bertahun-tahun, kisah perjuangan Doel lulus sekolah jadi 'panutan' pelajar se-Indonesia.
Apalagi ketika serial televisi
Si Doel Anak Sekolahan (1994) tayang. Selama enam musim, serial yang disiarkan di RCTI itu mampu menjadi tontonan bukan hanya satu generasi, melainkan lintas generasi.
Banyak yang menyangka si
Doel hanya 'narik' melalui sinetron. Padahal sejatinya, kisah si Doel yang sudah jadi 'trade mark' Rano Karno ini telah muncul nyaris dua dekade sebelum sinetron terpanjang di Indonesia itu muncul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Si Doel Anak Betawi (1972)Film
Si Doel Anak Betawi (1972) merupakan versi gambar bergerak pertama dari cerita Doel yang sesungguhnya. Bertajuk sama, Doel sejatinya cerita novel karangan Aman Datuk Madjoindo dan diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1932.
Kisah di novel menceritakan seorang anak bernama Abdoel Hamid, alias Doel, yang merupakan keturunan Betawi dan tinggal di tengah-tengah kota Jakarta.
Doel yang berusia kira-kira kurang dari belasan tahun ini gemar bermain, sementara ayahnya mencari nafkah sebagai sopir bus dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.
Suatu kali, ayah Doel meninggal. Kabar ini membuat ibunya syok dan sakit-sakitan. Melihat ini semua, Doel berusaha tegar dan putar otak untuk membantu ibunya demi kelangsungan hidup.
Karangan Aman Datuk ini kemudian diangkat menjadi film dengan tajuk sama. Aman Datuk pun duduk sebagai penulis sementara Sjuman Djaya yang kala itu sudah dikenal sebagai sutradara papan atas terpilih untuk menggarapnya.
Kisah dalam film tak jauh berbeda dengan yang di novel, hanya Aman Datuk menyisipkan karakter tambahan yaitu sosok paman yang diperankan oleh Sjuman. Sang paman inilah yang memberikan bantuan kepada Doel untuk bersekolah.
 Benyamin Sueb (kiri) sudah jadi karakter ayah Doel sejak 1972. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo) |
Film ini adalah momen pertama kalinya mempertemukan sosok Benyamin Sueb yang berperan sebagai sosok bapak Doel, dengan Rano Karno yang menjadi si Doel.
Rano Karno yang kala itu masih berusia 12 tahun merupakan pendatang baru di dunia hiburan. Tapi ia sudah tak asing dengan dunia hiburan mengingat ayahnya, Soekarno M Noer adalah seorang aktor terkenal Indonesia.
Walaupun Rano baru pertama kali bertemu dengan Ben dalam film ini, menurut buku
Benyamin S: Muka Kampung Rezeki Kota (2005) karangan Ludhy Cahyana dan Muhlis Suhaeri, Ben pernah bermain bersama Soekarno M Noer dalam sejumlah film sebelumnya.
Film
Si Doel Anak Betawi bisa disebut sebagai tonggak awal gambar bergerak Si Doel. Film ini menjadi pertama kalinya Si Doel melekat dengan Rano Karno.
Film ini juga jadi momen pertama lagu ikonis Si Doel yang ditulis oleh Sjuman Tiasa dan dinyanyikan oleh Rano Karno diperdendangkan.
Si Doel Anak Modern (1976)Empat tahun berselang dari Si Doel Anak Betawi, sutradara Sjuman Djaya kembali menggarap sebuah cerita tentang si Doel. Kali ini, Sjuman merangkap sebagai produser juga penulis.
Namun kisah yang ditulis Sjuman kali ini bukan tentang kelanjutan
Si Doel Anak Betawi, walaupun sebenarnya masih terbilang mirip. Ia menulis kisah tentang seorang pemuda bernama Doel yang jadi pengangguran di kampung usai tamat sekolah.
Walau pengangguran, pikiran Doel selalu melayang pada Kristin, wanita kota teman sekolahnya yang jadi peragawati. Demi mengejar cita-cita dan cintanya, Doel berusaha merantau ke kota dengan modal jual tanah orang tuanya.
Namun usai di kota, Doel justru menemukan kenyataan pahit. Kristin sudah punya tambatan hati. Pun perubahan Doel dari pemuda kampung jadi ala anak kota malah membuatnya norak dan Kristin sebal.
Kesuksesan film 'Si Doel Anak Modern' berlanjut ke halaman selanjutnya...
Film
Si Doel Anak Modern ini mendapatkan kesuksesan besar pada eranya. Sjuman Djaya sukses merekrut Benyamin Sueb menjadi sosok Doel dengan lawakan alaminya yang mampu membuat penonton tertawa terbahak-bahak.
Pun Sjuman merekrut nama besar lainnya, Christine Hakim sebagai Kristin dan Achmad Albar sebagai kekasih Kristin.
Dengan racikan cerita dari Sjuman dan dibantu oleh Wim Umboh dan kegeniusan Benyamin Sueb menghidupkan karakter Doel, film ini tercatat sebagai film terlaris ke-lima di Jakarta dengan penjualan tiket mencapai 92.251, angka yang cukup besar kala itu.
Film ini juga memberikan Benyamin Sueb sebuah Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 1977 sebagai Pemeran Pria Terbaik, dan dua Piala Citra untuk Sjuman Djaya atas kategori Sutradara Terbaik serta Skenario Asli Terbaik.
Menurut buku
Benyamin S: Muka Kampung Rezeki Kota (2005) karya Ludhy Cahyana dan Muhlis Suhaeri, Benyamin Sueb memainkan peran penting dalam kesuksesan film ini, selain faktor tangan dingin Sjuman Djaja.
"Sjuman berpendapat Ben memiliki kesadaran dalam menghayati cerita dan karakter dalam peran-peran serius. Itu sudah menjadi modal utama sutradara untuk mengarahkan Ben," kata Ludhy dan Muhlis.
Si Doel The Movie (2018)Selang 42 tahun sejak
Si Doel Anak Modern, kisah si anak Betawi Doel kembali ke layar lebar. Namun kali ini bukan perpanjangan dari
Si Doel Anak Modern ataupun
Si Doel Anak Betawi (1972), meski pemerannya ada yang sama.
Kali ini, Doel yang muncul ke layar lebar adalah Kasdoellah yang tenar dari kisah sinetron
Si Doel Anak Sekolahan (1994-2003). Menurut buku
Benyamin S: Muka Kampung Rezeki Kota (2005) karangan Ludhy Cahyana dan Muhlis Suhaeri, sinetron itu terinspirasi oleh novel
Si Doel Anak Betawi. Rano pun mengakuinya.
Rano mengaku terilhami cerita novel yang ia baca saat dirinya berusia delapan tahun itu. Namun kisah novel yang hanya berhenti kala Doel alias Abdoel Hamid lulus Sekolah Rakyat (SR) yang setara SD tersebut mengganjal di benak Rano.
 Dalam 'Si Doel The Movie,' Si Doel, Mandra dan Hans terbang ke Belanda. (Dok. Falcon Pictures) |
"Waktu kecil saya protes, Si Doel harus [lanjut] SMP. 17 Tahun
Si Doel Anak Sekolahan itu ada di kepala saya, baru saya tulis," kata Rano.
Sinetron itu mengisahkan seorang anak sulung dari keluarga Sabeni yang merupakan lulusan sarjana teknik dan dididik oleh ayahnya untuk menjadi 'orang'. Namun yang berjalan, masyarakat lebih banyak mengenal kisah percintaan Doel dengan dua wanita yang sama-sama jatuh cinta kepadanya, Sarah dan Zaenab.
Kisah itu berakhir pada episode 124 dalam musim ke-enam, dengan ujung Doel menikah dengan Sarah dan Zaenab menikah dengan pria yang mempersuntingnya.
Tapi cerita cinta rumit antara Doel, Sarah, dan Zaenab tidak berakhir. Pada serial televisi
Si Doel Anak Gedongan (2005), Zaenab dan suaminya harus bercerai usai Zaenab keguguran.
Sedangkan Sarah dan si Doel menghadapi guncangan rumah tangga akibat Doel membantu Zaenab menghadapi masalahnya. Bantuan Doel itu berujung pada minggatnya Sarah ke Belanda karena cemburu buta kepada Zaenab.
Pada film televisi
Si Doel Anak Pinggiran (2011), Doel masih menantikan Sarah kembali. Namun faktanya, ia terus berada dalam dilema karena Sarah tak pernah memberikan kabar. Hingga akhirnya, Doel pun menikahi Zaenab.
[Gambas:Video CNN]Namun masalah tersebut ternyata masih menggantung, terutama akan nasib anak Doel dan Sarah, dan nasib Zaenab yang menjadi istri kedua Doel sedangkan pria itu masih mencintai Sarah.
Polemik itu lah yang kemudian menjadi landasan
Si Doel The Movie (2018). Secara garis besar cerita, pengembangan film ini lebih berat pada kisah cinta segi tiga antara Doel, Sarah, dan Zaenab, alih-alih perjuangan seorang anak Betawi untuk lulus pendidikan dan membantu orang tuanya seperti empat dekade silam.