Jakarta, CNN Indonesia -- Untuk kali pertama The Libertines tampil di Indonesia. Mereka menjadi salah satu band dalam festival musik dua hari, Hodgepodge Superfest 2018, di Ancol, Jakarta Pusat, pada malam pertama yakni Sabtu (1/9).
Intim adalah satu kata yang tepat menggambarkan penampilan band asal Inggris itu. The Libertines sering berinteraksi dengan pengunjung dan melakukan berbagai aksi yang membakar semangat pengunjung.
Saat pertama naik panggung, misalnya, vokalis sekaligus gitaris Carl Barat membawa payung berwarna abu-abu. Payung itu sempat ia angkat berkali-kali sebelum dilempar ke arah pengunjung. Belum memainkan alat musik, tapi Carl sudah mengambil hati pengunjung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Band yang terbentuk pada tahun 1997 ini membuka penampilan dengan membawakan lagu
The Delaney dan
Barbarians tanpa jeda.
Keputusan membawakan dua lagu tersebut di awal sangat tepat karena mayoritas penonton bernyanyi dan berjoget sampai area sekitar panggung terasa bergetar.
"Jakarta, terima kasih telah mengundang kami," ucap vokalis sekaligus gitaris Pete Doherty yang disambut riuh pengunjung.
Band yang terbentuk pada 1977 ini melanjutkan penampilan dengan membawakan lagu
Fame and Fortune,
Boys In The Band,
Wateeloo dan Gunga Din.
Hampir di setiap lagu Pete dan Carl bernyanyi menggunakan satu mik. 'Bromance' ini menjadi salah satu pemandangan menarik selama konser.
Di sela beberapa lagu mereka pun kerap beraksi dengan memainkan gitar berhadap-hadapan.
 Pete Doherty dan Carl Barat. (CNN Indonesia/M Andika Putra) |
Mereka juga tak lupa berinteraksi dengan pengunjung untuk menjaga suasana hangat nan intim. Terlebih jumlah pengunjung yang menyaksikan The Libertines tidak terlalu banyak. Dengan begitu jarak antara pengunjung dengan panggung tidak jauh.
Aksi menarik lain dilakukan Carl ketika membawakan lagu
Can't Stand Me Know. Musisi berusia 40 tahun itu sempat memainkan harmonika di tengah lagu kemudian melempar ke arah pengunjung. Kurang lebih ada lima pengunjung yang berebut harmonika tersebut.
Peter semakin enerjik setelah melepas jaket kulit berwarna hitam hingga menyisakan kaus kutang berwarna putih. Beberapa kali ia merokok sembari mondar-mandir kanan kiri panggung.
Sebuah pemandangan rock yang sudah jarang terlihat di pangungg musik Indonesia beberapa waktu belakangan ini.
Aksi paling menarik ketika The Libertines membawakan lagi
What Katie Did. Pete sempat jambak-jambakan rambut dengan Carl. Bahkan Pete sempat iseng menendang Carl.
Pete juga sempat menunjuk dan menatap lama seorang pengunjung perempuan yang digendong temannya sembari menyanyikan lagu
What Katie Did. Momen itu disambung dengan banyak pengunjung yang melakukan
crowd surfing.
Keintiman dengan pengunjung dijaga lewat percakapan mengenai lagu yang akan dibawakan. Pete sempat menjelaskan akan membawakan lagu
The Saga sembari mengajak pengunjung untuk bersulang.
The Libertines menutup penampilan dengan lagu
Good Old Days. Setelah lagu usai, satu per satu personel turun panggung.
Seperti konser kebanyakan, pengunjung yang belum puas berteriak "
We want more". Sejumlah pengunjung juga sempat menyanyikan lagu
Time For Heroes karena The Libertines tak kunjung kembali naik panggung.
Tak lama setelah lagu usai dinyanyikan, satu per satu The Libertines kembali naik panggung, Carl langsung menyapa pengunjung.
"Terima kasih telah mengundang kami ke negara yang cantik. Kami terbang jauh hanya untuk bertemu kalian," kata Carl.
The Libertines membawakan lagu
Music When the Lights Go Out,
Up The Bracket,
What A Waster,
Time For Heroes dan
Don't Look Back Into The Sun sebagai
encore.
Hampir di setiap lagu yang dibawakan pengunjung bernyanyi, berjoget dan melakukan
crowd surfing. Keriaan yang sama mirip saat musisi senior The Libertines yang juga asal Inggris, Morrissey, konser di Indonesia beberapa tahun yang lalu.
Rasanya penonton tak mau rugi sehingga mereka konsisten bersukacita menikmati segala lagu yang dibawakan band penerus generasi Brit rock ini.
(wis/ard)