Jakarta, CNN Indonesia -- Penyanyi
Gita Gutawa telah merilis album
Gita Puja Indonesia dengan format piringan hitam pada Agustus lalu. Album itu sebelumnya sudah dirilis dengan format cakram padat atau
compact disk (CD) Agustus 2017 silam.
"Kenapa piringan hitam, sebenarnya melihat tren juga sih. Sekarang piringan hitam lagi naik, meskipun masih sangat
segmented," kata Gita saat berkunjung ke kantor
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Alasan lain merilis ulang dengan format piringan hitam, kata Gita, adalah konten yang cocok. Ia merasa lagu nasional adalah lagu yang tak lekang oleh waktu dan tepat bila dirilis dengan format piringan hitam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesuatu yang aku harap bisa jadi barang koleksi, bisa disimpan lama, dan didengarkan lama. Jadi ada unsur
vintage-nya juga," kata Gita.
Album yang diproduseri oleh ayahnya, Erwin Gutawa, itu berisikan delapan lagu nasional, yaitu
Tanah Tumpah Darahku, Bagimu Negeri, Syukur, Tanah Air, Ibu Kita Kartini, Terima Kasihku, Mengheningkan Cipta dan
Puja Indonesia.
Gita menjelaskan perilisan dalam bentuk piringan hitam sudah ia rencanakan sejak merekam lagu tersebut. Saat mastering di Abbey Road Studios, Gita sudah meminta versi untuk dirilis digital dan piringan hitam.
Pun ketika album
Gita Puja Indonesia melewati proses mixing di Indonesia. Dengan begitu, tak ada lagi suara yang perlu disesuaikan ketika akan dicetak ke piringan hitam.
Gita mengingat piringan hitam itu dicetak di Jerman dengan pemesanan sebanyak 300 keping. Proses pencetakan berjalan lancar tanpa revisi.
 Gita Gutawa mengaku mengoleksi sejumlah piringan hitam. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
Saat ini Gita melalui Gut Records sedang mendistribusikan album tersebut ke berbagai toko rekaman di Indonesia. Bahkan Gita juga berencana mendistribusikan ke Jepang.
"Jepang terkenal dengan pasar piringan hitam yang cukup besar. Banyak penggemar piringan hitam di sana," kata Gita.
Koleksi KlasikGita sendiri juga mengoleksi piringan hitam meski tidak banyak. Ia memiliki piringan hitam musisi klasik dan musisi lain, di antaranya adalah Aretha Franklin dan Andrea Bocelli.
Musisi berusia 25 tahun ini juga mengoleksi piringan hitam musisi Indonesia. Salah satunya, piringan hitam rilisan band Karimata, band jazz yang pernah dinaungi Erwin.
Gita sendiri mengakui dirinya menggemari mendengarkan lagu dari piringan hitam di rumah ketika sedang lowong. Menurutnya, kualitas suara dari piringan hitam juga bergantung pada alat pemutar piringan hitam.
"Buat aku ada unsur
vintage-nya, yang aku rasain suaranya empuk. Kalo zaman sekarang hasil
mixing banyak yang
bright, makanya kebayang banget album
Puja Indonesia ingin dapet empuknya itu," kata Gita.
Lebih lanjut, Gita menjelaskan rilisan fisik sangat penting di era digital. Selain menjadi salah satu dokumentasi terbaik, pada mayoritas rilisan fisik memuat info yang tidak ada pada rilisan digital, seperti kredit pihak yang terlibat dalam pembuatan sebuah karya.
"Aku dan Papa [Erwin Gutawa] sama-sama orang produksi jadi kadang ingin tahu lagu ini siapa yang bikin, lebih enak kalau ada CD. Dibandingkan di internet suka enggak akurat, itulah yang enggak bisa didapat dari digital," kata Gita.
(end)