Bangga Indonesia, Alasan Khofifah Suka Sosok Nyai Ontosoroh

CNN Indonesia
Jumat, 09 Agu 2019 10:34 WIB
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga pembaca buku 'Bumi Manusia', dan favoritnya adalah sosok Nyai Ontosoroh yang bangga sebagai orang Indonesia.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga pembaca buku 'Bumi Manusia', dan favoritnya adalah sosok Nyai Ontosoroh yang bangga sebagai orang Indonesia. (Dok. Falcon Pictures)
Surabaya, CNN Indonesia -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku salah satu pembaca buku karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Ia mengungkapkan bahwa dirinya turut bersembunyi saat membaca buku Bumi Manusia.

Buku yang diterbitkan pada 1980 itu sempat dilarang oleh pemerintah karena dianggap menyebarkan paham Marxisme dan komunisme. Namun, Khofifah memiliki pandangannya sendiri.

"Itu salah satu yang diberi otoritas untuk membaca pikiran Karl Marx. Jadi relatif kita mengenal beberapa telaah, tulisan termasuk novel Bumi Manusia," katanya di Gedung Grahadi Surabaya, Jawa Timur, Kamis, (8/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khofifah kemudian mengatakan bahwa karakter Nyai Ontosoroh merupakan salah satu favoritnya karena memiliki semangat kebanggaan menjadi orang Indonesia. Hal itu pula yang menurutnya bisa mendorong Indonesia untuk lebih percaya diri.


"Nyai Ontosoroh tidak senang diperlakukan sebagai second class. Sebetulnya, itu juga ada di dalam diri kita. Oleh karena itu bagaimana kita perlu menerapkan kesetaraan," ungkap Khofifah.

"Saya sering sekali mengajak kita semua untuk bangga dengan Indonesia dan itu artinya apa yang menjadi pergolakan Nyai Ontosoroh sebetulnya sering saya sampaikan sebagai pesan jangan sampai kita punya punya jiwa inlander." lanjutnya.

Nyai Ontosoroh merupakan seorang gundik yang dijual ayahnya kepada seorang pengusaha Belanda. Sejak hidup dengan pengusaha Belanda itu, perempuan bernama asli Sanikem melepaskan identitasnya dan dipanggil "nyai".
Bangga Indonesia, Alasan Khofifah Suka Sosok Nyai OntosorohGubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyambut pemain dan kru film 'Bumi Manusia'. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Pada saat itu, "nyai" dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan.

Status seorang "nyai" telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia sepantasnya. Nyai Ontosoroh sadar betul akan kondisi itu dan berusaha keras belajar, agar dapat diakui sebagai seorang manusia.

Selain Nyai Ontosoroh, Bumi Manusia bercerita tentang Minke, salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropa.

Namun Minke, selain anak seorang pesohor, juga pribumi yang pandai. Ia sangat piawai menulis.


Melihat kondisi di sekitarnya, Minke tergerak untuk memperjuangkan nasib pribumi melalui tulisan, yang menurutnya membuat suaranya tidak akan padam ditelan angin.

Melalui buku, secara hidup Pram juga menggambarkan kondisi masa kolonialisme Belanda pada saat itu. Ia memasukkan secuil demi secuil detail ke dalam tulisannya sehingga mirip dengan kondisi asli dan bisa dijadikan salah satu referensi sejarah meskipun fiktif.

Kisah tersebut diadaptasi ke dalam film yang diarahkan oleh Hanung Bramantyo, dengan menampilkan akting dari Sha Ine Febriyanti sebagai Nyai Ontosoroh, Iqbaal Ramadhan sebagai Minke, Mawar Eva de Jongh sebagai Annelies, serta didukung aksi Ayu Laksmi, Donny Damara, Jerome Kurnia, Giorgino Abraham, Bryan Domani, Christian Sugiono, Ciara Brosnan, dan Hans de Krekker.

Film yang naskahnya ditulis Salman Aristo itu dijadwalkan tayang pada 15 Agustus 2019, bersamaan dengan film Perburuan yang juga diadaptasi dari karya Pram. (agn/end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER