Jakarta, CNN Indonesia --
Agnez Mo bukan nama asing bagi masyarakat Indonesia. Jauh sebelum dikenal dengan musik hip-hop ala Hollywood atau pengakuan "bukan berdarah Indonesia", Agnez memulai kariernya dari usia amat belia sebagai penyanyi cilik.
Lahir di Jakarta 1 Juli 1986 dengan nama asli Agnes Monica Muljoto, ia memulai karier sebagai penyanyi cilik sejak 1992 yang ditandai dengan album
Si Meong. Namun album ini tak sanggup mengangkat namanya.
Album keduanya,
Yess! yang dirilis pada 1995 lah yang baru mengangkat nama Agnez. Pada 1998, Agnez mengeluarkan album
Bala-Bala yang semakin membuat namanya terangkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, bagi generasi kelahiran dekade '90-an, nama Agnez akan selalu melekat dengan acara musik anak-anak
Tralala-Trilili yang ia pandu bersama Indra Bekti.
Agnez, yang kala itu masih dikenal sebagai Agnes Monica, memahami talentanya bukan hanya di dunia tarik suara. Ia kemudian membintangi sinetron bertajuk
Pernikahan Dini pada 2001 bersama Sahrul Gunawan.
Sinetron itu sukses menjadikan Agnez sebagai bintang papan atas. Selain karena penampilannya yang menuai banyak pujian, sinetron itu sendiri mengundang kontroversi karena mengangkat kisah hamil di luar nikah yang dialami remaja Indonesia.
Ketenaran Agnez semakin melejit ketika menasbihkan diri sebagai musisi pop dengan album
And the Story Goes (2003), dilanjutkan dengan
Whaddup A'..?! (2005), dan
Sacredly Agnezious (2009).
Agnez, selama penampilannya sebagai musisi pop Indonesia, selalu konsisten dengan tarian dan koreografi menantang dan kekuatan vokal yang prima. Tak jarang, kadang ia tampil dengan gaya ala Britney Spears yang hit di awal milenium.
Agnez juga terbuka kepada publik dengan cita-citanya menjadi penyanyi berskala internasional alias 'go international'. Salah satu langkah awal Agnez mencoba 'go international' adalah menyanyikan lagu berbahasa Inggris dan mengubah nama panggungnya menjadi Agnez Mo.
Perubahan nama itu menjadi judul album keempat Agnez yang dirilis pada 2013. Album Agnez Mo itu sendiri seluruh lagunya berbahasa Inggris dengan mulai bekerja sama dengan musisi luar seperti Timbaland, namun hanya dipasarkan di Indonesia.
Pada era album itu pula, Agnez Mo mulai sibuk menetap di Los Angeles untuk mengejar impiannya menjadi musisi internasional. Setahun setelah pindah ke LA, Agnez Mo merilis single internasional pertamanya,
Coke Bottle pada 2014.
Coke Bottle menjadi sensasi baru dari Agnez Mo. Dengan tampilan mencampurkan gaya bernuansa budaya Indonesia dengan kultur hip-hop ala LA, Agnez mengenalkan citra barunya sebagai musisi asal Indonesia.
"Akan selalu ada rintangan dalam mewujudkan mimpi kita, yang terpenting adalah bagaimana kita melewatinya," Agnez pada 2014.
Usai Coke Bottle 'turun pasar', Agnez Mo hanya sekali merilis single yaitu Boy Magnet yang bernuansa EDM pada 2015. Baru pada 2017, Agnez Mo resmi merilis album bertajuk
X dengan single andalan
Long As I Get Paid.
Namun setelah itu pula Agnez Mo kembali jarang terdengar. Agnez bahkan tak melaksanakan tur musik seperti yang biasa dilakukan musisi Hollywood dalam mempromosikan albumnya. Ia juga lebih sering dilaporkan mentas manggung di Indonesia, dibanding di Amerika Serikat.
Kegiatan Agnez Mo lebih banyak diketahui berupa wawancara, pemotretan, atau kegiatan yang berkaitan dengan mode alih-alih memamerkan kegiatan di studio.
Sebelum namanya mencuat kembali karena pernyataan bahwa ia bukan berdarah Indonesia, Agnez Mo merilis single
Wanna Be Loved dari album
X yang beredar dua tahun lalu serta single
Diamond.
[Gambas:Youtube] (end)