Pasang Surut TVRI, dari TV Pertama hingga Kisruh Helmy Yahya

CNN Indonesia
Jumat, 06 Des 2019 11:01 WIB
TVRI jadi sorotan karena kisruh antara Helmy Yahya dengan dewan pengawas. Perselisihan ini menambah pasang surut TVRI setelah jadi stasiun TV pertama Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Televisi Republik Indonesia tengah menjadi sorotan karena kisruh antara sang direktur utama, Helmy Yahya, dengan dewan pengawas TVRI. Perselisihan ini menambah panjang pasang surut TVRI setelah menjadi stasiun televisi pertama di Indonesia.

Konflik ini bermula ketika beredar SK Dewan Pengawas tentang penonaktifan Helmy dari jabatan Dirut TVRI tanpa alasan jelas. Helmy pun mengklaim bahwa keputusan penonaktifan tersebut cacat hukum.

Sejak didirikan sebagai stasiun TV pertama di Indonesia pada medio 1960-an, TVRI memang terus melalui pasang surut.

TVRI mengudara pertama pada 24 Agustus 1962 dan berstatus sebagai Lembaga Penyiaran Publik bersama Radio Republik Indonesia.

Siaran perdananya dalam format hitam-putih, menayangkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 dari Istana Negara, Jakarta.

Liputan besar yang pertama ditayangkan TVRI adalah Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta pada 1962. Sebagai satu-satunya stasiun televisi kala itu, TVRI pun kian besar.

TVRI kemudian mulai menayangkan produk iklan pada 1 Maret 1963. Setahun setelahnya, mereka merintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah, dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta, yang secara berturut-turut diikuti Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado, Denpasar, dan Samarinda.

Pada 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan, yang diberi status direktorat. Dalam skema ini, TVRI angsung bertanggung-jawab pada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film di Departemen Penerangan Republik Indonesia.

Sebagai alat komunikasi Pemerintah, tugas TVRI adalah menyampaikan informasi tentang kebijakan pemerintah kepada rakyat.

Dari segi konten lainnya, TVRI sebenarnya memiliki sejumlah program ikonis, seperti Dunia Dalam Berita yang mulai mengudara pada 1973. Selain itu, TVRI juga punya acara hiburan andalan, seperti Ria Jenaka, Klab Jazz, dan lainnya.

Sebagai satu-satunya stasiun televisi pada saat itu, TVRI memonopoli siaran televisi di Indonesia hingga 1989. Eksistensi TVRI sempat teralihkan dengan kemunculan televisi swasta pertama, yakni RCTI di Jakarta dan SCTV pada 1990 di Surabaya.
Sepanjang perjalanannya, TVRI beberapa kali berubah logo.(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kala mulai tergerus, TVRI akhirnya berbagi waktu siaran dengan saluran TPI milik putri Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana.

Pada awal pendiriannya tahun 1991, TPI hanya ingin menyiarkan siaran edukatif. Namun kemudian, mereka memutuskan berpisah dengan TVRI pada 1997 untuk mengimbangi TV swasta dengan suguhan hiburan seperti acara sinetron dan kuis.

Setelah orde baru berakhir, pada 7 Juni 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), sesuai dengan prinsip-prinsip televisi publik, independen, netral, mandiri, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat.

Dengan perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan ke TV Publik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, maka TVRI diberi masa transisi selama 3 tahun dengan mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2002, di mana disebutkan TVRI berbentuk Persero atau PT.

Bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-44 pada 24 Agustus 2006, TVRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran Publik.

Namun, saat itu stasiun TV swasta sedang berjaya dan citra TVRI di mata khalayak sudah semakin kuno sampai ditinggalkan pemirsanya.

TVRI juga sempat tersandung masalah karena menayangkan siaran tunda acara Muktamar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada Juni 2013.

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menilai TVRI sebagai lembaga penyiaran publik mengalami disorientasi kebangsaan karena HTI sendiri mempermasalahkan ideologi negara, nasionalisme, dan menolak demokrasi.

Hingga akhirnya, TVRI mulai merombak acara maupun siaran secara besar-besaran di era kepemimpinan Helmy Yahya dengan Apni Jaya Putra sebagai direktur program TVRI, yang dilantik pada 2017. TVRI mulai menunjukkan taringnya kembali, untuk menyandingkan diri dengan stasiun TV swasta.

Pada 21 Juli 2018, TVRI mendapatkan hak siar laga pra musim International Champions Cup. Pada musim 2018, laga itu disiarkan bersama iNews dan kembali tayang pada musim 2019 hingga 2022 bersama Mola TV.

Pada 23 November 2018, TVRI pertama kali mendapatkan hak siar divisi championship kompetisi kasta kedua tertinggi liga Inggris, English Football League Championship, juga Carabao Cup, dan Piala EFL.



Ragam capaian dilanjutkan dengan sejumlah hak siar eksklusif lain hingga tahun ini, mulai dari 10 turnamen bulutangkis, Sirkuit Nasional hingga 2021, Liga Utama Inggris, dan tim nasional sepak bola Indonesia untuk Kualifikasi bersama Piala Dunia FIFA 2022 serta Piala Asia AFC 2023, sampai kerja sama dengan Discovery Channel.

Perubahan signifikan lain terlihat jelas pada logo yang diubah mulao 29 Maret lalu. Logo TVRI yang baru terlihat lebih muda, meskipun sebagian pihak menyebut logo itu serupa dengan satu media di Jerman.

Tak hanya itu, TVRI juga merekrut pembaca berita dari kalangan muda. Hal ini menjadi terobosan upaya TVRI untuk merangkul penonton dari generasi milenial. Tak hanya itu, TVRI juga tercatat mendapatkan anugerah televisi ramah anak dari KPI. (agn/has)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK