
Sakura dan Barcelona, Berkat Sekaligus Kutukan Fariz RM
Minggu, 05 Jan 2020 18:15 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Senada cinta bersemi di antara kita
Menyandang anggunnya peranan jiwa asmara
Terlanjur untuk terhenti
Di jalan yang telah tertempuh semenjak dini
Sehidup semati
Bagi penggemar musik yang tumbuh pada dekade '80-an, lagu Sakura bukanlah hal yang asing. Nada-nadanya melangkah ringan dari radio ke radio, membius anak-anak mua yang kasmaran. Lagu yang juga melambungkan nama si empunya, Fariz Roestam Moenaf.
Lagu itu dibuat Fariz sebagai ilustrasi dari film Sakura dalam Pelukan yang digarap oleh Fritz G Schadt. Keterlibatan Fariz dalam proyek itu dimulai ketika lagu-lagu dalam album debut Fariz, Selangkah ke Seberang (1979), yang diputar Chrisye didengar oleh Wini Sutowo.
Wini menilai album Fariz sebagai musisi pendatang baru amat mengesankan. Ia kemudian memberitahu soal keberadaan Fariz kepada suaminya, Fritz G Schadt. Wini menilai Fariz cocok menjadi ilustrator musik film suaminya itu.
Fariz dan Fritz pun bertemu. Naskah film jadi landasan Fariz dalam menggarap lirik Sakura. Mengutip buku Rekayasa Fiksi yang ditulis Fariz, dengan sabar Fritz memberikan penjelasan inti cerita. Setelah melewati beberapa proses, akhirnya Fariz memahami cerita serta karakter utama.
Sakura pun tercipta. Dan tak banyak yang tahu bahwa lagu yang telah dibawakan ulang dalam berbagai versi dan banyak penyanyi itu mengisahkan percintaan sedarah sepasang insan. Hal itu tersirat dari bagian lirik berbahasa Jepang dalam lagu.
"Lagu dan album Sakura meledak, dalam album itu ada beberapa lagu dari album Selangkah ke Seberang yang aku aransemen ulang," kata Fariz saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.
Film Sakura Dalam Pelukan menjadi gerbang Fariz bekerja di industri film dan sinetron sebagai ilustrator musik. Kurang lebih, ia membuat 49 karya musik untuk film dan sinetron. Kala itu ia lebih banyak bergaul dengan sineas ketimbang musisi.
Pembuatan ilustrasi musik untuk sinetron atau film memiliki pola yang sama. Ilustrator diberi naskah kemudian mengintepretasikan lewat lagu. Fariz selalu membayangkan adegan serta dialog untuk membuat ilustrasi yang selaras dengan adegan.
"Ketika terbiasa dengan naskah, enggak sadar itu membentuk sistem di kepala gue ketika menulis lagu. Ketika gue menulis lagu itu latarnya film, metode itu gua namain rekayasa fiksi," kata Fariz.
Metode rekayasa fiksi itu kemudian mengantarkan musisi keturunan Belanda ini membuat banyak lagu. Salah satu lagu berhasil ia buat dan menjadi hit tak kalah dengan Sakura adalah Barcelona.
[Gambas:Youtube]
Barcelona
Banyak orang menebak-nebak makna lagu Barcelona. Sebenarnya, menurut Fariz, cerita Barcelona tidaklah rumit. Lagu itu hanya bercerita tentang perspektif cinta dari orang Barat dan Timur.
Fariz sendiri menyaksikan perbedaan perspektif itu kala mendapatkan beasiswa kuliah singkat penyutradaraan dan produser di Barcelona, Spanyol, pada 1987.
Di kampus, ia kenal dengan pasangan muda bernama Jerome Rodriguez asal Filipina dan Margaret Ferrier asal Inggris. Jerome galau setengah mati ketika kuliah singkat akan berakhir, karena artinya ia akan berpisah dengan Margaret.
"Bagi orang Timur, si Jerome, cinta itu sakral banget. Tapi bagi orang Barat, si Margaret, cinta itu santai. Kalau putus ya putus saja, cari yang lain," kata Fariz sembari tertawa.
Fariz menyimpan kisah itu dalam benaknya sembari mencari inspirasi latar lain untuk lagu. Keberuntungan berpihak pada Fariz. Tak lama kemudian, Barcelona ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade 1992. Masyarakatnya pun berpesta.
Bagi Fariz, kegalauan cinta sepasang insan di tengah riuh pesta kota Barcelona menjadi ide cerita lagu yang menarik.
Gemerlap Pesta Kota
Seolah Getar Flamenco Mengalun Jiwa
Kududuk Terhanyut Nuansa
Disudut Semarak Plaza Catalonia
Fariz sempat kebingungan menulis lagu itu karena ia tak membawa alat musik sama sekali kala kuliah singkat. Ia lalu mengatasinya dengan memainkan kibor di toko alat musik.
Ia amat sering datang ke toko itu sampai dikenal oleh penjaga toko. Fariz diperbolehkan latihan bermain dengan melakukan sejumlah syarat, salah satunya menjadi demonstrator alat musik yang dijual.
Langkah selanjutnya adalah membeli buku skoring untuk menulis partitur lagu. Dengan lagu itu, ia menjajal kemampuannya dalam perfect pitch, atau menebak not nada tanpa mesti melihat dan memainkan alat musik. Fariz sudah dilatih dengan perfect pitch oleh orang tuanya sejak anak-anak.
Partitur Barcelona pun rampung ditulis Fariz melalui kemampuannya tersebut. Barcelona dirilis dalam album kesembilan Fariz bertajuk Living in the Western World (1988) dan masih didengar puluhan tahun kemudian.
"Barcelona adalah lagu pertama seumur hidup saya, yang berhasil ditulis tanpa menggunakan satu pun bantuan alat musik. Butuh waktu sekitar tiga hari untuk menuntaskannya seperti versi orisinal yang Anda kenal," kata Fariz menjelaskan lagu yang paling membanggakan dalam buku Living In Harmony yang ia tulis.
[Gambas:Youtube]
Takut Dipukul Orang
Sakura dan Barcelona kemudian menjelma jadi lagu paling hit dan lagu wajib Fariz saat manggung. Fariz sendiri takut dipukuli orang bila manggung tak membawakan dua lagu itu.
Fariz jujur mengaku bosan menyanyikan Sakura dan Barcelona setiap manggung. Tidak kurang dari 60 aransemen ia buat agar tak jengah saat memainkan dua lagu itu, tetapi tetap tak menolong.
Meski begitu, dari 1.768 lagu yang pernah ia tulis, dua lagu itulah yang membesarkan nama Fariz RM.
"Satu hal, gue enggak pernah mau tulis tentang diri gue sendiri. Menurut gue itu aib, kebanyakan hancurnya. Tapi seperti gue bilang, gue lihat peristiwa kok begini dan begitu. Misalnya lagu Barcelona," kata Fariz tertawa.
Di sisi lain, lagu-lagu Fariz RM banyak mengandung kata "cita" seperti pada Hasrat dan Cita serta Di Antara Kita. Kata itu sengaja Fariz tuliskan dalam lagu karena menurutnya cita berarti tujuan hidup.
Lewat kata "cita", Fariz RM ingin menyebar pemikiran positif dan sangat ingin menginspirasi banyak orang untuk selalu memiliki harapan. Harapan yang membuat orang untuk hidup dan maju. Ia ingin menyadarkan bahwa cita perlu.
"Gue enggak pernah bawa lagu cinta yang patah hati, enggak ada. Hampir semua lagu gue positif walau lagu perpisahan, misal lagu Persimpangan," kata Fariz.
Ia melanjutkan, "Lagu yang paling gue suka banget itu banyak, misal Balada Potret Bangsa. Kalau album favorit enggak ada. Namanya karya, asik saat membuat. Kalau udah kelar ya sudah saja."
(end/end)
Menyandang anggunnya peranan jiwa asmara
Terlanjur untuk terhenti
Di jalan yang telah tertempuh semenjak dini
Sehidup semati
Bagi penggemar musik yang tumbuh pada dekade '80-an, lagu Sakura bukanlah hal yang asing. Nada-nadanya melangkah ringan dari radio ke radio, membius anak-anak mua yang kasmaran. Lagu yang juga melambungkan nama si empunya, Fariz Roestam Moenaf.
Lagu itu dibuat Fariz sebagai ilustrasi dari film Sakura dalam Pelukan yang digarap oleh Fritz G Schadt. Keterlibatan Fariz dalam proyek itu dimulai ketika lagu-lagu dalam album debut Fariz, Selangkah ke Seberang (1979), yang diputar Chrisye didengar oleh Wini Sutowo.
Wini menilai album Fariz sebagai musisi pendatang baru amat mengesankan. Ia kemudian memberitahu soal keberadaan Fariz kepada suaminya, Fritz G Schadt. Wini menilai Fariz cocok menjadi ilustrator musik film suaminya itu.
Fariz dan Fritz pun bertemu. Naskah film jadi landasan Fariz dalam menggarap lirik Sakura. Mengutip buku Rekayasa Fiksi yang ditulis Fariz, dengan sabar Fritz memberikan penjelasan inti cerita. Setelah melewati beberapa proses, akhirnya Fariz memahami cerita serta karakter utama.
Sakura pun tercipta. Dan tak banyak yang tahu bahwa lagu yang telah dibawakan ulang dalam berbagai versi dan banyak penyanyi itu mengisahkan percintaan sedarah sepasang insan. Hal itu tersirat dari bagian lirik berbahasa Jepang dalam lagu.
![]() |
"Lagu dan album Sakura meledak, dalam album itu ada beberapa lagu dari album Selangkah ke Seberang yang aku aransemen ulang," kata Fariz saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.
Film Sakura Dalam Pelukan menjadi gerbang Fariz bekerja di industri film dan sinetron sebagai ilustrator musik. Kurang lebih, ia membuat 49 karya musik untuk film dan sinetron. Kala itu ia lebih banyak bergaul dengan sineas ketimbang musisi.
Pembuatan ilustrasi musik untuk sinetron atau film memiliki pola yang sama. Ilustrator diberi naskah kemudian mengintepretasikan lewat lagu. Fariz selalu membayangkan adegan serta dialog untuk membuat ilustrasi yang selaras dengan adegan.
"Ketika terbiasa dengan naskah, enggak sadar itu membentuk sistem di kepala gue ketika menulis lagu. Ketika gue menulis lagu itu latarnya film, metode itu gua namain rekayasa fiksi," kata Fariz.
Metode rekayasa fiksi itu kemudian mengantarkan musisi keturunan Belanda ini membuat banyak lagu. Salah satu lagu berhasil ia buat dan menjadi hit tak kalah dengan Sakura adalah Barcelona.
[Gambas:Youtube]
Barcelona
Banyak orang menebak-nebak makna lagu Barcelona. Sebenarnya, menurut Fariz, cerita Barcelona tidaklah rumit. Lagu itu hanya bercerita tentang perspektif cinta dari orang Barat dan Timur.
Fariz sendiri menyaksikan perbedaan perspektif itu kala mendapatkan beasiswa kuliah singkat penyutradaraan dan produser di Barcelona, Spanyol, pada 1987.
Di kampus, ia kenal dengan pasangan muda bernama Jerome Rodriguez asal Filipina dan Margaret Ferrier asal Inggris. Jerome galau setengah mati ketika kuliah singkat akan berakhir, karena artinya ia akan berpisah dengan Margaret.
"Bagi orang Timur, si Jerome, cinta itu sakral banget. Tapi bagi orang Barat, si Margaret, cinta itu santai. Kalau putus ya putus saja, cari yang lain," kata Fariz sembari tertawa.
Fariz menyimpan kisah itu dalam benaknya sembari mencari inspirasi latar lain untuk lagu. Keberuntungan berpihak pada Fariz. Tak lama kemudian, Barcelona ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade 1992. Masyarakatnya pun berpesta.
Bagi Fariz, kegalauan cinta sepasang insan di tengah riuh pesta kota Barcelona menjadi ide cerita lagu yang menarik.
Gemerlap Pesta Kota
Seolah Getar Flamenco Mengalun Jiwa
Kududuk Terhanyut Nuansa
Disudut Semarak Plaza Catalonia
![]() |
Fariz sempat kebingungan menulis lagu itu karena ia tak membawa alat musik sama sekali kala kuliah singkat. Ia lalu mengatasinya dengan memainkan kibor di toko alat musik.
Ia amat sering datang ke toko itu sampai dikenal oleh penjaga toko. Fariz diperbolehkan latihan bermain dengan melakukan sejumlah syarat, salah satunya menjadi demonstrator alat musik yang dijual.
Langkah selanjutnya adalah membeli buku skoring untuk menulis partitur lagu. Dengan lagu itu, ia menjajal kemampuannya dalam perfect pitch, atau menebak not nada tanpa mesti melihat dan memainkan alat musik. Fariz sudah dilatih dengan perfect pitch oleh orang tuanya sejak anak-anak.
Partitur Barcelona pun rampung ditulis Fariz melalui kemampuannya tersebut. Barcelona dirilis dalam album kesembilan Fariz bertajuk Living in the Western World (1988) dan masih didengar puluhan tahun kemudian.
"Barcelona adalah lagu pertama seumur hidup saya, yang berhasil ditulis tanpa menggunakan satu pun bantuan alat musik. Butuh waktu sekitar tiga hari untuk menuntaskannya seperti versi orisinal yang Anda kenal," kata Fariz menjelaskan lagu yang paling membanggakan dalam buku Living In Harmony yang ia tulis.
[Gambas:Youtube]
Takut Dipukul Orang
Sakura dan Barcelona kemudian menjelma jadi lagu paling hit dan lagu wajib Fariz saat manggung. Fariz sendiri takut dipukuli orang bila manggung tak membawakan dua lagu itu.
Fariz jujur mengaku bosan menyanyikan Sakura dan Barcelona setiap manggung. Tidak kurang dari 60 aransemen ia buat agar tak jengah saat memainkan dua lagu itu, tetapi tetap tak menolong.
Meski begitu, dari 1.768 lagu yang pernah ia tulis, dua lagu itulah yang membesarkan nama Fariz RM.
"Satu hal, gue enggak pernah mau tulis tentang diri gue sendiri. Menurut gue itu aib, kebanyakan hancurnya. Tapi seperti gue bilang, gue lihat peristiwa kok begini dan begitu. Misalnya lagu Barcelona," kata Fariz tertawa.
Di sisi lain, lagu-lagu Fariz RM banyak mengandung kata "cita" seperti pada Hasrat dan Cita serta Di Antara Kita. Kata itu sengaja Fariz tuliskan dalam lagu karena menurutnya cita berarti tujuan hidup.
Lewat kata "cita", Fariz RM ingin menyebar pemikiran positif dan sangat ingin menginspirasi banyak orang untuk selalu memiliki harapan. Harapan yang membuat orang untuk hidup dan maju. Ia ingin menyadarkan bahwa cita perlu.
"Gue enggak pernah bawa lagu cinta yang patah hati, enggak ada. Hampir semua lagu gue positif walau lagu perpisahan, misal lagu Persimpangan," kata Fariz.
Ia melanjutkan, "Lagu yang paling gue suka banget itu banyak, misal Balada Potret Bangsa. Kalau album favorit enggak ada. Namanya karya, asik saat membuat. Kalau udah kelar ya sudah saja."
(end/end)
ARTIKEL TERKAIT
Lihat Semua
BERITA UTAMA
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK