Fariz RM mengisahkan cerita di balik kerja sama dirinya dengan seorang Presiden dalam sebuah rekaman lagu. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Gue punya cerita lucu."
Sudah kesekian kalinya kalimat itu meluncur dari mulut Fariz Roestam Moenaf yang juga tak berhenti mengepulkan asap rokok.
Satu sesap, buang asap, lalu ia siap melanjutkan ceritanya, tentang seorang pemimpin negara yang meminta dibantu membuat lagu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duduk santai di lantai suatu apartemen di selatan Tangerang, Fariz membuka kisahnya dengan momen saat ia menerima panggilan telepon dari Renny Djajoesman.
Penyanyi tersebut meminta Fariz datang ke rumahnya karena ada orang yang meminta tolong dibuatkan rekaman.
Tiga hari berlalu, Fariz akhirnya bertamu. Renny lantas memperdengarkan rekaman sebuah lagu dalam satu cakram padat baru.
"Saya bilang sama Renny, 'Ini siapa?' Renny ketawa ngakak. Dia bilang, 'Ini presiden lo,'" tutur Fariz terbahak, disambut gelak tawa tim CNNIndonesia.com yang tak sabar menanti kelanjutan cerita sang pelantun "Panggung Perak".
Fariz mengakui lagu ciptaan presiden tersebut bagus, sangat Indonesia. Ia pun tertarik untuk menjadi produser lagu itu.
Fariz RM suatu kali diminta untuk membantu menggarap sebuah musik buatan seorang Presiden. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Dengan tabuh tifa di beberapa bagian, Fariz merampungkan aransemen dasar lagu dan langsung mengirimkannya ke sang RI 1.
"Setelah itu, suatu pagi ada telepon. Pembantu saya yang angkat, lugu banget," ucap Fariz sambil menahan tawa.
Pembantu Fariz tak tahu penelepon itu adalah presiden karena hanya memperkenalkan diri dengan nama tengah yang amat umum dipakai oleh orang Indonesia.
Ternyata, di ujung telepon terdengar suara sang presiden yang meminta Fariz datang ke kediamannya di Cikeas. Ia puas dengan aransemen awal dan ingin lagu tersebut diproduksi lekas.
Datanglah Fariz ke Cikeas. Di sana sudah ada Renny juga sang presiden beserta istrinya.
Sebelum mengikat kerja sama, presiden itu ingin tahu pendapat sang legenda musik tersebut mengenai karya ciptaannya.
Menjawab pertanyaan si bapak, Fariz berkata, "Terus terang, lagu mas semua yang saya dengar album pertama, kedua, dan lagu ini bagus."
"Cuma satu hal aja, mas lebih baik bikin lagu aja, enggak usah nyanyi."
Tawa seisi ruang kerja penguasa istana langsung pecah. Usai reda tawa, kepala negara itu lantas bertanya alasan Fariz tertarik bekerja sama.
Singkat, Fariz hanya menjawab sambil berkelakar, "Saya belum pernah punya presiden yang di samping meja kerjanya ada kibor."
Fariz RM mengisahkan cerita di balik kerja sama dirinya dengan seorang Presiden dalam sebuah rekaman lagu. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Perbincangan berlalu. Fariz berjibaku hingga lagu akhirnya rampung. Tiba saatnya sang presiden memamerkan lagu itu dalam perayaan kemerdekaan Indonesia di istana kepresidenan pada 17 Agustus 2009.
Di hari yang sama, Fariz harus ke Bandara Soekarno-Hatta untuk mengantar dua anak kembarnya menempuh studi ke Belanda.
"Kebayang enggak lo, acara di istana jam 21.00, anak gue berangkat dari bandara jam 19.30. Gimana caranya bisa sampe? Tapi pak presiden bilang, tenang aja, nanti ada yang jemput di bandara," ucap Fariz.
Sesampai di bandara, seorang bernama Ramli menghampiri Fariz. Dia orang dari istana yang ditugaskan menjemput Fariz, katanya.
"Gue lihat mereka cuma bertiga. Jam 19.40, gua selesai dan bilang ke Ramli siap berangkat, tiba-tiba bandara langsung ramai paspampres. Gue dikawal, udah kayak penjahat," ucap Fariz sambil menggerak-gerakkan tangan, mempraktikkan yang dilakukan para paspampres.
Fariz ingat betul, ia masuk mobil pukul 19.50 WIB. Dengan nalarnya, Fariz berpikir mustahil sampai di istana tepat waktu. Namun, dengan caranya sendiri, Fariz pada akhirnya mampu ke Istana Negara untuk menepati janji.
Ia mendarat di Monumen Nasional dan langsung naik mobil menuju istana. Secara keseluruhan, perjalanan Fariz dari bandara menuju istana hanya memakan waktu 30 menit. Tepat waktu untuk tampil.
Fariz kemudian berkata bahwa inti dari ceritanya ini adalah ia tak perlu membawa-bawa nama ayahnya, Rustam Munaf, yang merupakan penyanyi dan pebisnis berperan penting di era Presiden Sukarno.
"Yang mau gue garis bawahi, gue enggak bawa nama orang tua. Intinya, jika memang mesti terjadi, terjadilah," kata Fariz sambil mematikan rokoknya.