Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak mengawali karier bermusik 43 tahun lalu, solois
Fariz Roestam Moenaf dikenal getol berkolaborasi. Menurutnya, kolaborasi dapat memperkaya referensi musiknya.
"Menurut saya, musik itu semakin kita bekerja dengan banyak orang semakin bagus ya. Referensi kita banyak," kata Fariz saat berkunjung ke kantor
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Karier Fariz RM sendiri boleh dikatakan bermula berkat kolaborasinya dengan Chrisye bersama Yockie Suryoprayogo dan Eros Djarot kala menggarap album latar musik film Badai Pasti Berlalu. Dari sana, ia mendapatkan banyak pelajaran dan referensi musik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pertama kali diajak Chrisye, ya panik-panik dulu, tapi setelah bergabung Badai Band selama dua tahun, kemudian Chrisye mendukung saya untuk solo karier, baru saya mulai berani," ucap Fariz.
Fariz akhirnya merilis album perdana bertajuk Selangkah Ke Seberang pada 1979. Album itu sulit menembus industri yang saat itu dikuasai pop melankolis.
Sampai akhirnya, lagunya terdengar oleh sutradara film Sakura dalam Pelukan. Fariz pun dipercaya untuk membuat album soundtrack film tersebut pada 1980 yang akhirnya melambungkan namanya.
Setahun setelahnya, ia berkolaborasi dengan Achmad Albar untuk membuat lagu Secita Cerita yang dirilis pada album bertajuk sama.
Masih di tahun yang sama, Fariz berkolaborasi dengan Candra Darusman untuk menggarap lagu Dunia di Batas Senja. Lagu itu terdapat dalam album Panggung Perak (1981) karya Fariz dan album Vol. 3 milik Chaseiro.
Salah satu kolaborasi Fariz yang paling terkenal adalah Nada Kasih (1987). Lagu berdurasi lima menit lebih itu merupakan ciptaan Dorie Kalmas yang dinyanyikan Fariz bersama Neno Warisman.
"Saya enggak pernah ragu diajak kolaborasi sama siapa pun. Saya kolaborasi sama siapa pun, baik yang generasinya di atas atau di bawah," kata Fariz.
[Gambas:Video CNN]Saat ini, Fariz memang dikenal generasi muda berkat kolaborasinya dengan musisi angkatan di bawahnya, seperti White Shoes and The Couples Company.
Selain ikut serta saat WSATCC mengaransemen ulang lagu Selangkah ke Seberang, Fariz juga menjadi produser Suburbia milik band jebolan Institut Kesenian Jakarta tersebut.
Belakangan, Fariz juga kerap ikut serta dalam panggung-panggung disko bersama Diskoria. Di hadapan penonton milenial, musisi kelahiran 61 tahun silam itu masih menjual. Ia juga tidak takut kehilangan jati diri bila berkolaborasi dengan banyak musisi.
"Mungkin itu juga yang buat saya tetap bisa eksis di musik Indonesia, karena saya menjaga jarak yang dekat dengan generasi-generasi baik yang sebelum maupun yang sesudah saya," kata Fariz.
Fariz bercerita mengenai karya dan kolaborasi-kolaborasinya dalam penampilannya di acara Music at Newsroom yang bisa disaksikan secara streaming melalui
CNNIndonesia.com pada hari ini, Jumat (31/1) pukul 15.00 WIB.
(adp/has)