The Panturas Kritik CFD kala Pandemi, Pertanyakan Urgensi

CNN Indonesia
Senin, 22 Jun 2020 15:11 WIB
Penampilan The Panturas di Music at Newsroom CNN Indonesia, Jakarta, 17 Oktober 2018. CNN Indonesia/Bisma Septalisma
Unit surfrock asal Bandung, The Panturas, mengkritik penyelenggaran car free day di Jakarta pada Minggu (21/6), di tengah pandemi Covid-19. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Unit surf rock asal Bandung, The Panturas, melontarkan kritik atas penyelenggaraan car free day (CFD) di Jakarta pada Minggu (21/6), di tengah pandemi penyakit akibat virus corona atau Covid-19.

"Musisinya enggak boleh manggung, tapi masyarakat dibolehin ngumpul kaya gini. Nanti kalau udah pada sakit, musisinya yang diminta menghibur lewat live IG acara charity," kicau band tersebut melalui akun Twitter mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penabuh drum The Panturas, Surya Fikri Asshidiq, mengatakan bahwa melalui kicauan tersebut, bandnya ingin menyadarkan semua pihak agar bersama melawan corona. Dengan kata lain, susah senang bersama menghadapi badai corona.

"Pemerintah jangan mencla-mencle. Berkerumun seperti konser dilarang, tapi CFD diizinkan. Kami sudah berbulan-bulan enggak tampil, enggak kerja, karena enggak boleh berkerumun," kata Surya kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Senin (22/6).

Pria yang karib dipanggil Kuya ini memandang seharusnya pemerintah pusat dan daerah kompak menerapkan berbagai upaya di tengah pandemi corona. Bila tidak boleh berkerumun, seharusnya di seluruh daerah tidak boleh berkumpul.

Terlebih, kata Kuya, tidak ada urgensi penyelenggaraan CFD. Olahraga yang bersifat ringan itu bisa dilakukan di lingkungan rumah masig-masing, tidak harus di CFD.

"Melihat orang berkerumun di CFD itu mengerikan. Gue merasa Indonesia belum siap untuk adaptasi dengan normal yang baru. Ya, tapi sulit juga, mungkin ada alasan ekonomi dan lain-lain," kata Kuya.

Kuya melanjutkan, "Gue khawatir pandemi ini bisa semakin lama dan semakin lama juga musisi enggak bisa manggung. Sementara itu, musisi butuh pendapatan dari manggung, dan juga kru serta orang di balik layar."

Ia juga menegaskan bahwa sejatinya tidak semua musisi menjalani hidup mewah seperti yang diperkirakan banyak orang. Kuya sendiri mengaku gelisah lantaran sudah tidak manggung sejak pertengahan Maret lalu.

Program Director M Bloc Space, Wendi Putranto, menyampaikan pendapat serupa. Ia mempertanyakan urgensi Pemprov DKI kembali melaksanakan CFD, sementara penyelenggaraan konser belum diizinkan.

"Kami sebagai tempat acara seni budaya, kesal melihat CFD. Kami tidak buka, tetapi orang kumpul di CFD kayak demo. Buat kami harus adil," kata Wendi.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan sudah menerbitkan protokol kesehatan di bidang ekonomi kreatif, termasuk konser musik atau event yang mengumpulkan banyak orang.

Aturan itu tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Covid-19.

Wendi menjelaskan M Bloc sudah siap menyelenggarakan acara dengan protokol kesehatan tersebut.

[Gambas:Video CNN]

Namun, mereka belum bisa menyelenggarakan acara lantaran DKI Jakarta masih dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi.

Di tengah banjir kritik ini, ditemukan dua orang peserta CFD reaktif Covid-19 berdasarkan tes cepat pada 350 orang. Kedua orang itu langsung menjalani tes usap.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pun mengatakan bahwa pihaknya akan mengevaluasi pelaksanaan CFD di Jakarta di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

"Termasuk seperti kegiatan HBKB kemarin, kita akan review hari ini. Dan kemudian dikumpulkan datanya, tentang berapa yang datang, dan lain-lain," kata Anies.

Anies menyatakan bahwa dari evaluasi tersebut, pihaknya akan memutuskan kembali menggelar CFD atau tidak.

(adp/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER