Sempat menghilang, salah satu personel Pussy Riot, Pyotr Verzilov, kini dilaporkan ditahan atas tuduhan mengorganisir kerusuhan di Rusia.
The Guardian melaporkan bahwa kepolisian anti-huru-hara Rusia menangkap Verzilov di apartemennya pada Minggu (21/6). Tim polisi itu membuka paksa pintu apartemen dengan palu godam.
Menurut pernyataan Pussy Riot, Verzilov kemudian ditahan di kantor polisi dan diinterogasi selama 13 jam di bawah tuduhan mengorganisir kerusuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Verzilov mengklaim polisi menanyai dia tentang keterlibatannya dalam serangkaian protes di Moskow pada 2019 yang berakhir dengan bentrokan antara demonstran dan aparat.
Selain itu, polisi juga melontarkan sejumlah pertanyaan mengenai tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny.
"Ada banyak pertanyaan tentang [pemimpin oposisi Alexei] Navalny dan perjalanan saya ke luar negeri," katanya kepada MediaZona.
Usai proses interogasi, Verzilov dibebaskan. Namun kemudian, aparat mengadang Verzilov di dekat kantor polisi dan menahannya semalaman.
Aktivis sekaligus seniman itu kemudian dituntut dengan tuduhan hooliganisme dengan ancaman hukuman penjara maksimal 15 hari.
Beberapa rekan Verzilov berspekulasi dia ditahan karena unggahan di media sosial atau rencananya untuk protes di masa depan. Namun, Verzilov sendiri sudah membantah isu ia akan menggelar protes.
Nama Verzilov mulai terkenal ketika mendampingi band Pussy Riot selama persidangan pada 2012, setelah band punk tersebut menggelar aksi protes di katedral Moskow.
Verzilov kembali menarik perhatian saat menerobos masuk ke lapangan di tengah laga final Piala Dunia 2018 untuk melontarkan protes atas kebrutalan polisi.
(agn/has)