Webtun menjadi salah satu hiburan masyarakat terutama generasi milenial saat ini. Webtun pada dasarnya merupakan gabungan kata dari web dan kartun sehingga singkatnya bisa disebut komik digital.
Webtun lahir di Korea Selatan dengan nama yang lebih akrab disebut manhwa. Komik digital ini pertama kali diluncurkan laman web Daum pada 2003. Hal tersebut kemudian diikuti Naver pada 2004 dan yang kini lebih dikenal dengan Line WEBTOON.
Peluncuran komik digital kala itu ternyata amat digemari warga Korea Selatan dan mancanegara.
Tahun demi tahun webtun semakin populer hingga pada awal 2010, beberapa penerbit asal Korea seperti Lezhin dan Toomics mulai menerjemahkan komik-komik digitalnya dalam bahasa Inggris. Hal itu guna menarik lebih banyak pembaca dan memudahkan penggemar internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa webtun yang hit kala itu seperti Lookism, Tales of the Unusual, The God of High School, Noblesse, dan Tower of God, dialihbahasakan ke banyak bahasa.
Beberapa hal menjadi faktor webtun begitu digemari, mulai dari kemudahan akses baik dari laptop, PC dan telepon genggam, hingga banyaknya komik digital yang bisa dibaca secara cuma-cuma meski beberapa judul lain juga berbayar.
Layaknya film, webtun juga memiliki beragam topik yang bisa dipilih dan disesuaikan dengan kesukaan pembaca, mulai dari komedi, romansa, kisah santai sehari-hari, horor, laga, fantasi bahkan resep masak dan kehidupan binatang peliharaan.
Webtun juga disebut jauh lebih komunikatif terutama bagi penggemar dibandingkan komik pada umumnya. Pembaca bisa memberikan komentar dan rating 1-5 bagi tiap episode yang dibaca. Hal itu menjadi salah satu pertimbangan kreator dalam menyiapkan episode selanjutnya.
"Sejak ada aplikasi webtun, jumlah pembaca yang menuliskan komentar jadi bertambah. Itu membuat kreator bisa melihat respons pembaca," kata Shin Eui-cheol, kreator School Holic, Tomorrow is Webtoon, dan Sidekick, seperti dilansir Korea Herald.
Selain itu, sebagian besar webtun juga berwarna tak seperti komik yang dicetak dalam bentuk buku pada umumnya. Beberapa webtun bahkan juga memiliki efek suara yang bisa menambah keseruan ketika membaca.
Namun, hal tersebut terjadi setelah webtun menjalani perkembangan dalam empat generasi, yakni generasi nol, generasi pertama, kedua, dan ketiga.
Generasi nol merupakan versi awal webtun berupa komik biasanya dibuat dalam format satu halaman yang dipindai dan diunggah ke internet. Hal tersebut berkembang ke generasi pertama, yaitu kreator bisa menambahkan efek-efek visual dalam komik.
Pada masa awal-awal webtun, pembaca biasanya perlu mengklik panah apabila ingin membuka lembaran selanjutnya.
![]() |
Situasi berubah di generasi kedua. Kreator sudah bisa membuat komik secara vertikal sehingga pembaca hanya perlu scrolling untuk melihat halaman berikutnya.
Perkembangan terus dilakukan hingga webtun generasi ketiga atau masa kini yang membuat pembaca bisa mengakses lewat telepon genggam. Webtun juga sudah dalam bentuk aplikasi.
Efek visual dan suara makin ramai digunakan untuk menarik perhatian dan menambah semangat pembaca.
Kecanggihan itu membuat semakin banyak masyarakat menyukai webtun. Sehingga, pada awal 2014, kebanyakan webtun asal Korea banyak dialihbahasakan ke bahasa Inggris dengan inisiatif penggemar.
Tapi pada Juli 2014, salah satu anak perusahaan Naver, Line, mulai menerbitkan terjemahan webtun populer dalam bahasa Inggris dan bahasa lainnya, termasuk Indonesia, melalui layanan WEBTOON.
Sementara itu, Daum bekerja sama dengan Tapastic Media untuk merangkul pasar internasional.
Akademisi Departemen Kartun dan Komik Korea College of Media Arts Park Seok-hwan mengatakan popularitas tersebut membuat Korea Selatan bisa mengklaim webtun menjadi salah satu produk asli asal Negeri Gingseng tersebut.
"Seperti halnya Jepang mengklaim manga adalah produk mereka, Korea juga dapat mengklaim webtun adalah produk unik asal Korea baik dalam faktor konten dan sistemnya," kata Professor Park.
(chri/end)