Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Jakarta memastikan akan menutup kembali bioskop jika menjadi klaster penularan Covid-19.
"Sudah pasti ditutup," kata perwakilan TGUPP, Dedi Kusuma Wijaya, saat menjawab pertanyaan mengenai tindakan Pemprov DKI jika bioskop menjadi klaster penularan Covid-19 dalam siniar Cerita Orang Dalam, Jumat (28/8).
Selain itu, Dedi memastikan bahwa Pemprov DKI bakal melakukan pengawasan ketat jika bioskop sudah dibuka nanti. Mereka juga akan menutup bioskop jika tidak menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
DKI Jakarta memang sedang berencana membuka kembali bioskop dengan penerapan ketat protokol kesehatan yang saat ini masih digodok pemprov bersama Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI).
Rencana yang sudah disetujui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 ini menuai ragam kontroversi. Seorang epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, menilai pembukaan bioskop berbahaya dan bisa menjadi klaster baru penularan Covid-19.
Namun, Dedi menjelaskan bahwa rencana pembukaan kembali bioskop di Jakarta diambil setelah berbagai diskusi dan kajian. Ia juga menyatakan bahwa Pemprov DKI sebisa mungkin merujuk pada penelitian saat mengambil keputusan.
Ia kemudian menjabarkan setidaknya tiga alasan Pemprov DKI berencana kembali membuka bioskop. Pertama, keberadaan rantai nilai (value chain) di balik pemutaran film, mulai dari pekerja yang terlibat sampai kepercayan publik.
"Kami melihat bahwa gedung bioskop sebagai pertunjukkan film yang manageable dan modern. Di Inggris dan Amerika teater belum buka, kita juga belum. Kita mulai dari bioskop yang paling manageable," kata Dedi.
Selain itu, menurutnya bioskop lebih aman ketimbang restoran karena pengunjung tidak saling berhadapan. Di bioskop juga tidak ada percakapan atau interaksi antar-penonton karena sama-sama menyaksikan film yang ditayangkan.
Kedua, mereka juga sudah menerima masukan pakar dan kajian berdasarkan fakta dari negara-negara yang membuka kembali bioskop. Ia mencontohkan dengan Amerika Serikat yang memiliki protokol bernama Cinemasafe.
Dedi mengatakan bahwa dalam protokol itu, ada penjelasan mengenai udara dalam bioskop lebih baik ketimbang di perkantoran yang bercampur. Ukuran studio juga lebih besar dan tinggi. Ia menyamakan menonton film di bioskop dengan naik pesawat selama dua jam.
"Alasan terakhir, saat ini sekitar 50 negara sudah kembali membuka bioskop. Korea tidak pernah menutup bioskop, dan sampai saat ini belum ada klaster bioskop menurut beberapa pakar," kata Dedi.
Dalam kesempatan yang sama, sineas Angga Dwimas Sasongko mendukung bioskop kembali dibuka dengan protokol kesehatan dan pengawasan yang ketat. Ia merasa lebih aman datang ke bioskop ketimbang nongkrong di bar.
(adp/has)