Sorak-sorai pecah di salah satu rumah di kawasan Ssangmun-dong, Seoul, Korea Selatan, ketika prosesi pembukaan Olimpiade 1988 dimulai.
Para penghuni rumah bawah tanah itu antusias melihat salah satu anggota keluarga mereka, Deok-sun, menjadi pembawa plakat nama negara yang ikut serta dalam Olimpiade.
Suasana haru tersebut terekam dalam salah satu adegan paling ikonis di Reply 1988. Sebelum adegan tersebut tersedia di layar kaca, ada perjuangan panjang tim produksi Reply 1988.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim properti Reply 1988 bercerita kepada HeraldPOP bahwa mereka berjuang keras agar dapat menghadirkan kembali suasana semarak Olimpiade 1988 di tahun 2015, hampir tiga dekade setelah kejadian nyata.
Menurut seorang anggota tim produksi, meski Korsel merupakan tuan rumah Olimpiade 1988, ternyata hanya sedikit pernak-pernik ajang tersebut yang masih tersisa.
"Hanya sedikit memorabilia Olimpiade 1988 di Korsel. Karena itu, kami harus membeli barang-barang itu dari luar negeri," ujar salah satu staf produksi.
![]() |
Tak hanya ajang besar seperti Olimpiade, tim produksi juga harus mempersiapkan berbagai barang demi menghadirkan kembali suasana Korea Selatan di medio 1980-an.
"Tim properti bekerja sangat keras. Untuk membeli barang-barang antik, mereka tak hanya mengunjungi situs-situs lelang, tapi juga situs barang bekas dan internasional," tutur staf itu.
Dalam Reply 1988, briket abu-abu juga beberapa kali menjadi sorotan. Pada era 1980-an, warga Korsel memang selalu mengandalkan briket di musim dingin.
Briket yang masih baru digunakan untuk menghangatkan ruangan di musim dingin. Sementara itu, briket bekas kerap disebar di jalan agar tidak licin ketika salju turun, seperti yang dilakukan ayah Dong-ryong dalam salah satu adegan di Reply 1988.
Namun kini, warga Korsel sudah menggunakan cairan kalsium klorida untuk mencegah jalan licin saat musim salju. Tim properti pun mati-matian mencari briket berbentuk sama persis dengan yang beredar di era 1980-an.
![]() |
Selain suasana, tim properti juga harus menyiapkan segala pernak-pernik kecil pendukung suasana era 1980-an, termasuk camilan di dalam Reply 1988.
Untuk makanan kaleng seperti SPAM, tim produksi hanya tinggal mengimpor dari Amerika Serikat karena produknya memang masih tersedia.
Namun untuk kemasan yang sudah berganti, mereka biasanya mencetak logo klasik dan membuat tempat sendiri.
Khusus untuk susu pisang yang disukai adik Sun Woo, Jinju, tim produksi khusus memesan kemasan lama ke perusahaan produsennya, Binggrae. Mereka kemudian memasukkan susu ke dalam kemasan yang dipesan khusus itu.
![]() |
Tak hanya tim properti, para pemeran Reply 1988 juga berjuang keras untuk menyuguhkan penampilan prima dalam drama Korea tersebut, termasuk Lee Hyeri, pemeran karakter Deok Sun.
Dalam drama Reply 1988, adegan pengakuan Jung-hwan soal perasaannya kepada Deok-sun di episode 18 menjadi salah satu momen menohok bagi para penggemar yang berpihak pada karakter pria itu.
Momen yang telah lama dinanti itu berujung dengan kekecewaan karena karakter Jung-hwan ternyata mengakui perasaannya dengan nada bercanda.
Di balik adegan itu, Hyeri ternyata tak henti menangis. Ryu Jun-yeol membeberkan cerita tersebut tak lama setelah Reply 1988 tamat, Januari 2016.
"Ketika kami merekam adegan [pengakuan], Hyeri menangis begitu banyak. Saat dia bersiap untuk berperan sebagai Deok-sun, dia secara pribadi tampak merasa seperti sedang mengucapkan selamat tinggal kepada Jung-hwan," kata Ryu Jun-yeol, sebagaimana dilansir Nate.
"Dia mungkin merasa Deok-sun tidak akan bisa berinteraksi dengan Jung-hwan di masa depan, dan dia banyak menangis karena itu. Dia menangis sampai-sampai kami tidak dapat melanjutkan syuting."
Hyeri sendiri mengakui bahwa itu merupakan salah satu adegan tersulit. Namun, ia berhasil melalui adegan itu berkat bantuan Ryu Jun-yeol.
"Saya menelepon Ryu Jun-yeol dua hari sebelum syuting. Kami tidak terlalu dekat saat itu, jadi saya harus memberanikan diri untuk meneleponnya," ujar Hyeri seperti dikutip Soompi.
Ia kemudian bercerita, "Saya bertanya apakah dia bisa keluar ke kantor dan dia datang dengan senang hati tanpa ragu-ragu. Dia mengajari saya yang terbaik."
(has)