RUNTAI SELEB

Rifan Kalbuadi, 5207, dan Jati Diri Baru dalam Bermusik

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2021 14:33 WIB
Musisi Rifan Kalbuadi mengisahkan kisah di balik single terbarunya, 5207, dan perjalanannya mencari jati diri dalam bermusik.
Musisi Rifan Kalbuadi mengisahkan kisah di balik single terbarunya, 5207, dan perjalanannya mencari jati diri dalam bermusik. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)

Statis dirilis 2017, Temporary Hours dirilis Maret 2020, kenapa bisa begitu lama?

Redefinisi musik sebenarnya. Saya butuh waktu untuk meredefinisi diri saya sebagai musisi, melihat bahwa sebenarnya saya bisa melakukan lebih. Saya bisa mengulik "apa sih yang bisa gue mainkan kepada orang-orang?", "apa yang gue nikmati dalam musik untuk dibawa ke orang-orang?".

Mungkin saya tidak cukup puas secara penuh saat era Statis itu, ya karena baru masuk industri, tentu banyak belajar dengan melihat arus pasar. Semakin hari saya merasa bahwa bukan itu yang saya mau.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya saya belajar lebih banyak soal musik dan mencari referensi baru dan memaknai apa sebenarnya musik buat diri saya dan apa yang saya inginkan ketika orang melihat saya saat bermusik.


Dan apa yang kamu dapatkan?

Banyak banget. Saya tentu meningkatkan kemampuan menulis lagu, lebih percaya diri, karena pola pikir saya sudah berubah dan berevolusi. Sekarang saya mau menulis musik untuk diri saya sendiri, meluapkan emosi, jadi lebih seperti seni pada seharusnya, musik pada seharusnya. Idealisme saya pasti lebih kencang dari sebelumnya.

[Gambas:Youtube]




Cara pembawaan saat Statis dan sekarang juga berbeda..

Ya, ini lebih gelap. Ini sisi yang sudah lama saya punya dan ingin saya tunjukkan ke orang. Sudah lama saya simpan cuma saya belum tahu bagaimana cara menunjukkannya, dan belum percaya diri pada saat itu [era Statis].

Pada era Statis, mungkin pemilihan nada, pemilihan kata, itu masih zona aman bagi saya. Saya enggak banyak bereksplorasi, dan mencari suara yang frekuensinya banyak di Indonesia.

Dalam tiga tahun itu, saya banyak mengulik, banyak menonton musisi luar yang mungkin punya sound yang aneh-aneh dan bisa saya terapkan dalam sekarang ini.


Dari mana saja referensinya?

Kalau kiblat saya bermusik dalam tiga-empat tahun terakhir ini saya sangat mengidolakan Bon Iver, lebih tepatnya Justin Vernon, dan proyek-proyek dia di BRM [Big Red Machine].

Menurut saya, musiknya out of world banget dan untuk keep up dengan Bon Iver juga saya sebenarnya enggak bisa. Saya hanya bisa memetik permukaannya saja.

Dia musisi bertalenta banget dan sangat sensitif, hanya dia dan Tuhan yang tahu apa yang dia tuliskan. Saya banyak melihat dari diskografinya Justin Vernon, dari album pertamanya sampai yang terbaru.

NEW YORK, NEW YORK - OCTOBER 13: Justin Vernon of Bon Iver performs on stage during the 2019 New Yorker Festival on October 13, 2019 in New York City.   Ben Gabbe/Getty Images for The New Yorker/AFPJustin Vernon dari Bon Iver. (AFP/Ben Gabbe)


Sempat ada kekhawatiran saat meninggalkan era Statis dan memulai era Temporary Hours yang lebih eksperimental?

Enggak sih sebenarnya. Saya percaya musik yang jujur akan selalu menemukan jalannya sendiri ke pendengarnya. Jadi ya tujuan saya bermusik adalah membagikan cerita saya dalam sebuah karya lagu, tentunya ketika saya menuliskan lagu dengan jujur dan seada-adanya, suatu kali akan sampai ke pendengarnya, siapa pun itu. Khawatir? Tentu tidak.


Bagaimana tanggapan penggemar soal era saat ini?

Alhamdulillah sejauh ini apresiasi mereka luar biasa banget. Di luar ekspektasi sebenarnya. Soalnya dari album sebelumnya dengan saat ini kan agak berbeda, tapi mereka alhamdulillah menyesuaikan dengan Rifan yang saat ini dan banyak berterima kasih kepada mereka dan semua orang yang sudah mendengarkan dua single ini, sejauh ini.


Berarti, Temporary Hours dan 5207 bakal jadi satu album?

Tentunya. Ini semua akan masuk dalam sebuah album. Ini seperempat dari albumnya, karena dinamika dalam [pembuatan] album cukup besar. Tapi tema yang saya angkat dari album itu masih sama, yaitu soal kesehatan mental, refleksi hidup saya selama beberapa tahun berkarier dalam musik ini.

Isu-isu dalam album pun berbeda dan beragam, bukan cuma kesehatan mental secara umum, tapi lebih spesifik lagi. Intinya sih refleksi dalam tiap bab kehidupan saya.

[Gambas:Instagram]




Berat sekali sepertinya ya hidupmu, apa juga menulis soal cerita dari orang lain?

Ha-ha-ha, enggak berat banget sih sebenarnya. Saya enggak bisa menulis soal kehidupan orang lain. Saya sangat egoistik dalam penulisan lagu, "itu harus tentang gue, titik". Soal keluarga juga harus sesuatu yang saya lalui.

Saya enggak bisa menulis dalam perspektif orang lain karena saya tak bisa merasakan apa yang ia rasakan. Terutama di karya-karya terbaru ini, murni yang ingin saya ceritakan tanpa ada campur tangan siapa pun.


Jadi, album sudah berapa persen rampung?

[Diam sesaat] Hmmm.. 50 persen.


Bikin musik sendiri, inspirasi banyak datang dari mana?

Saya sering banget ditanya soal itu, cuma saya pikir tak ada formula bagaimana ide itu bisa muncul. Kadang, saat emosional saja belum tentu bisa menulis lagi, dan belum tentu lagi mood bisa menulis.

Jadi saya secara personal tidak ada formula untuk menulis dan enggak ada tempat khusus juga, tapi kamar mandi sih. Ha-ha-ha. Biasanya lagi mandi, terus muncul ide. Jadinya keluar dulu, bikin di voice recorder, habis itu balik lagi. Ha-ha-ha. Memang biasanya dari voice note dulu, baru kemudian duduk dan garap dari situ.


Apa pesan dirimu buat penggemar soal musik sekarang?

Jujur saja dengan dirimu sendiri. Musik mesti jadi platform di mana kita bisa jujur jadi diri sendiri, dan saya pikir ekosistem [musik] akan lebih segar dan bervariasi kalau kita jujur sama diri sendiri.

Saya selalu mendorong orang untuk menulis musik, enggak peduli mau akan seperti apa lagu itu. Ketika mereka percaya dan percaya diri dengan lagu itu, ya PD saja. Musik yang jujur akan selalu menemukan pendengarnya meski musik itu dianggap jelek. Saya sudah membuktikan itu dengan karya saya.

[Gambas:Youtube]



(end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER