China kembali menjadi sorotan ketika pendiri Alibaba Group, Jack Ma, menghilang usai melontarkan kritik terhadap pemerintah Negeri Tirai Bambu. Sebelum Jack Ma, sejumlah seniman juga pernah menghilang dan ternyata akhirnya berujung dibui.
Media investigasi Prancis, Premieres Lignes, melaporkan bahwa ada lebih dari 200 seniman yang menjadi korban pembungkaman pemerintah, mulai dari Ai Weiwei hingga Lu Guang.
Beberapa dari mereka sempat menghilang berbulan-bulan hingga akhirnya dilaporkan mendekam di balik jeruji besi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut tiga pelaku industri seni yang pernah menghabiskan waktu di hotel prodeo setelah mengkritik pemerintah China.
Ai Weiwei merupakan salah satu seniman yang vokal mengkritik pemerintah. Ia kerap melontarkan kritik-kritik lewat karya seni yang fokus pada masalah sosial desakan untuk reformasi politik di China.
Yang terbaru pada April 2011, Pria Terbaik versi majalah Time tahun 2011 ini ditangkap saat menaiki pesawat menuju Hong Kong. Ia kemudian ditahan di lokasi rahasia selama 81 hari.
BBC melaporkan bahwa ia akhirnya dibebaskan dengan syarat tak berbicara ke media. Namun, ia tak memenuhi syarat itu.
Pihak berwenang menyatakan bahwa Ai Weiwei diinterogasi terkait "kejahatan ekonomi" dan diharuskan membayar denda 15 juta yuan untuk pajak sebuah perusahaan bernama Fake Cultural Development.
Seorang fotografer asal China, Lu Guang, juga sempat mengilang selama 1,5 bulan setelah mengunjungi Xinjiang, wilayah yang diduga menjadi pusat penahanan ratusan ribu orang Muslim dari komunitas Uighur pada November 2018.
Sebagaimana dilansir National Geographic, beberapa pihak menduga Guang ditangkap otoritas China lantaran mencoba mendokumentasikan "kamp pendidikan" di wilayah tersebut.
Sekitar 1,5 bulan setelah menghilang, kepolisian China menginformasikan keluarga Lu bahwa pria itu ditahan aparat.
Gui Minhai atau yang juga dikenal sebagai Michael Gui, adalah seorang penulis buku kelahiran China. Dengan nama pena Ah Hai, Gui Minhai kerap membuat berbagai tulisan kritik mengenai tokoh dan politik di China.
Ia kemudian menjadi salah satu pemegang saham toko buku Causeway Bay Books di Hong Kong. Pada 2015, lima staf toko buku itu menghilang, termasuk Gui yang diduga ditahan pemerintah China saat sedang berada di Thailand.
Pemerintah China terus bungkam hingga akhirnya tiga bulan kemudian, Gui muncul dalam sebuah video. Dalam rekaman itu, Gui mengaku sudah kembali ke China dan menyerahkan diri ke aparat atas kesalahan yang dia lakukan.
Namun, banyak pengamat menganggap pengakuan itu tidak kredibel. The Washington Post bahkan menyebut narasi dalam video itu berantakan dan tidak koheren, terkesan mencampurkan kemungkinan fakta dan fiksi.
(nly/has)