Salah satu jaringan bioskop independen, New Star Cineplex, menunggu arahan pemerintah mengenai pengoperasian pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali selama 11-25 Januari 2021.
"Kami melihat situasi dan kondisi, kalau memang akhirnya pemerintah (meminta tutup sementara), tetap akan kita ikuti," kata Juru Bicara New Star Cineplex David Senjaya kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Kamis (7/1).
Lihat juga:Maaf dan Sesal Gisel usai Kasus Video Porno |
Ia berbicara terus terang bahwa penutupan sementara pada PSBB Jawa-Bali akan merugikan New Star Cineplex. Namun, mereka akan menutup sementara demi kepentingan bersama agar pandemi virus corona segera berakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
David menjelaskan sampai saat ini belum ada arahan khusus terhadap jaringan bioskop dari pemerintah pusat mau pun daerah terkait PSBB Jawa-Bali. Poin-poin yang dijelaskan pemerintah juga belum ada yang membahas bioskop secara spesifik.
"Kalau untuk saat ini kami masih beroperasi dengan protokol kesehatan. Jam tayang kita paling malam jam 21:00 dan selama operasi di tengah pandemi jam tayang satu film hanya empat, berkurang dari biasanya," kata David.
Ia menjelaskan sampai saat ini New Star Cineplex memiliki sekitar 20 bioskop di Pulau Jawa. Mayoritas bioskop berada di Provinsi Jawa Timur yang tersebar di sejumlah daerah provinsi tersebut.
Sejak dua bulan belakangan, New Star Cineplex telah mengoperasikan kembali 10 bioskop. Sisa 10 bioskop lain belum bisa beroperasi karena belum mendapat izin dari pemerintah.
"Dari 10 cabang bioskop yang sudah beroperasi ini paling banyak berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut saya, kehadiran penonton belum kembali normal, banyak yang masih khawatir meski kami sudah taat protokol," kata David.
Meski demikian, 10 bioskop New Star Cineplex yang beroperasi di tengah pandemi tidak pernah benar-benar kosong. Setidaknya, setiap hari ada penonton dengan jumlah paling sedikit sebanyak delapan sampai 12 orang.
"Ada film yang ramai penonton, bisa breakeven point [impas] atau bahkan profit. Ada juga film yang sepi, itu membuat kami rugi. Kalau dihitung secara keseluruhan, sebenarnya kami masih rugi," kata David.
Ia melanjutkan, "Ya namanya bisnis ada untung rugi, pada kondisi normal kami juga bisa rugi. Kami sekarang tetap buka bukan hanya karena untung rugi, tapi memberikan hiburan dan edukasi kepada orang-orang."
(adp/bac)