Serial The Handmaid's Tale yang diadaptasi dari novel Margaret Atwood pada 1985 ini telah menjadi sumber inspirasi bagi kaum perempuan di Amerika Serikat untuk menolak penindasan terhadap hak-hak perempuan.
Serial ini merupakan penggambaran distopia masa depan dimana perempuan harus menjalani perbudakan reproduksi agar mengandung anak-anak kalangan elite. Para perempuan ini dipaksa mengenakan mantel merah dan topi putih sebagai seragam tanda tunduk mereka.
Belakangan kostum dalam serial ini turut dibawa oleh kaum feminis dalam berdemonstrasi soal hak-hak reproduksi dan menolak penindasan terhadap perempuan. Seperti yang terjadi dalam kunjungan mantan Wapres AS Mike Pence ke Philadelphia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kehadiran Pence disambut oleh ratusan perempuan dalam kostum jubah merah dan topi putih dalam The Handmaid's Tale.
Ketika situasi politik Hong Kong berkecamuk pada 2019, ratusan orang menggelar protes turun jalan. Banyak dari mereka yang datang dengan menggunakan topeng Guy Fawkes dalam film V for Vendetta (2005).
Guy Fawkes digambarkan sebagai seorang revolusioner yang memiliki pandangan politik mengenai konsep masyarakat tanpa negara, non-hirarkis, dan mengatur kelompok dan dirinya sendiri secara sukarela.
Meski hanya cerita fiksi, topeng Guy Fawkes benar-benar digunakan oleh para pengunjuk rasa dalam aksi peringatan 100 hari kepemimpinan Presiden Jokowi di awal 2015 dan aksi protes solidaritas terhadap KPK beberapa waktu lalu.
(nly/bac)