Taliban Kuasai Afghanistan, Pengajar Musik Dirundung Nestapa

CNN Indonesia
Selasa, 31 Agu 2021 10:21 WIB
Kemenangan Taliban merebut Afghanistan membuat pemilik sekolah musik dirundung nestapa.
Ilustrasi musik Afghanistan. Kemenangan Taliban merebut Afghanistan membuat pemilik sekolah musik dirundung nestapa.(AP/Musadeq Sadeq)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kemenangan Taliban merebut Afghanistan membuat Ahmad Sarmast dirundung nestapa. Sekolah musik yang ia dirikan untuk membangkitkan kegembiraan para anak-anak korban perang kini tak lagi punya kejelasan nasib.

Ahmad Sarmast meninggalkan Melbourne, Australia, kembali ke kampung halamannya di Afghanistan pada 2001 lalu ketika Taliban terguling pada 2001. Tujuannya kala itu adalah ingin menghidupkan kembali musik di negara kelahirannya.

Ia kemudian mendirikan sebuah sekolah musik di Kabul. Sekolah itu merangkul anak-anak yatim piatu korban perang Afghanistan, serta anak jalanan yang kurang diperhatikan. Mumpung kala itu, Taliban yang melarang keras musik terusir dari Kabul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun mimpi buruk Sarmast seolah kembali kala ia melihat berita Taliban berhasil kembali merebut Kabul, 20 tahun kemudian. Sarmast yang pada dua pekan lalu berada di Melbourne kala kejadian itu terjadi, mencelos melihat kenyataan pahit itu.

Dua ponsel Sarmast tak berhenti berdering sejak saat itu. Banyak telepon datang kepadanya. Isinya adalah panggilan panik dari murid-muridnya soal nasib sekolah mereka. Apakah sekolah mereka akan ditutup? Apakah Taliban kembali melarang musik? Apakah mereka akan aman?

Apalagi, Taliban baru saja diketahui membunuh musisi folk terkenal Afghanista, Fawad Andarabi. Diberitakan pada Senin (30/8) oleh CNN, Andarabi diseret oleh Taliban dari rumahnya di pegunungan utara Kabul dan ditembak kepalanya.

"Perasaan saya remuk," kata Sarmast kala mengisahkan kegelisahannya akan kekuasaan Taliban dan nasib sekolah musiknya kepada The Associated Press.

"Perebutan oleh Taliban itu sangat tidak terduga dan tak tertebak, seperti ledakan, dan semua orang terkejut," lanjutnya.

Sarmast meninggalkan Kabul pada 12 Juli lalu untuk liburan musim panas. Ia kembali ke Melbourne dan tak pernah membayangkan Taliban akan mengubah hidupnya dua bulan setelah Sarmast meninggalkan Kabul.

Ia mengaku ketakutan dan khawatir akan nasib 350 muridnya dan 90 sekolah musik yang ia dirikan.

Kegundahan Sarmast berlanjut ke sebelah..

'Tempat Bahagia di Afghanistan'

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER