Ia bahkan menyebut sembilan puluh persen cerita tersebut nyata. Sementara sisanya adalah tambahan bumbu-bumbu imajinasi dari si penutur.
Dengan demikian, tidak semua cerita rakyat, dalam hal ini cerita setan dan mitologi, termasuk dalam kategori rekaan atau fiktif semata. Semua itu tergantung pada jenis ceritanya.
"Ada [cerita] yang unsur imajinasinya sangat banyak, ada juga yang sedikit tapi banyak riil-nya, jadi beda-beda, tergantung dari jenis ceritanya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita mitologi dan cerita hantu di Indonesia pun ada banyak karena setiap wilayah memiliki ciri-ciri tersendiri yang terpengaruh dari budayanya.
Sementara itu, cerita hantu yang menjadi bagian dalam budaya folklor juga mulai diklasifikasikan dalam ilmu khusus yang disebut ghostlore.
Hal itu dibahas dalam penelitian Anas Ahmadi dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya yang bertajuk Legenda Hantu Kampus di Surabaya: Kajian Folklor Hantu (Ghostlore) Kontemporer dan diterbitkan dalam buku Folklore Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi (2013) yang disunting oleh Dr Suwardi Endraswara, M.Hum.
Dalam ghostlore, cerita hantu bukan hanya terkait dengan bentuk hantu yang sudah dikenal masyarakat, namun juga dalam konteks legenda perkotaan alias urban legends yang melekat pada bangunan atau tempat yang dikenal penduduk setempat.
Ghostlore pun memiliki beragam genre, mulai dari hantu yang muncul dalam kamera atau cahaya (ghost light), tarian hantu (ghost dance), penyakit akibat hantu (ghost sickness), pelihat hantu (ghost seers), investigasi hantu (ghost investigation), pemburu hantu (ghost hunters), kota hantu (ghost town), dan karakter hantu (characteristics of ghost).
Cerita-cerita hantu yang pernah didengar masyarakat Indonesia dalam keseharian sebagian teridentifikasi genre-genre tersebut.
Mulai dari cerita hantu berupa kelebatan cahaya, penampakan dalam foto, kerasukan atau 'ketempelan', tokoh-tokoh yang dinilai indigo dan bisa melihat hantu, hingga program yang khusus diadakan untuk menyibak dan mencari hantu.
Dunia cerita hantu yang beragam di Indonesia pun masih belum disingkap ilmu pengetahuan. Anas menyebut, penelitian soal hantu di Indonesia hanya baru beberapa kali dilakukan.
Di antaranya adalah Geertz ([1960]2013) yang meneliti hantu di Mojokuto (Mojokerto), Danandjaja (1997) soal hantu dan kaitannya dengan legenda alam gaib, Endraswara (2004) soal dunia hantu di Jawa, Ahmadi (2006) soal hantu di Pulau Raas-Madura dan dibandingkan dengan hantu Jepang, Lee & Kathleen (2011) soal hantu-hantu Indonesia yang berkaitan dengan hantu Jawa, Hindu-Budha, dan pesugihan.
"Genre folklor hantu (ghostlore) di Indonesia sebenarnya sangat banyak, tetapi masih belum ada penelitian yang optimal tentang folklor hantu di Indonesia." tulis Anas Ahmadi.
(nly/end)