Jakarta, CNN Indonesia --
Nicholas Saputra punya segudang cerita kala diajak berbincang soal Mira Lesmana. Keduanya memang dikenal dekat, bukan hanya sebagai produser dan aktor dalam sejumlah proyek film, tetapi juga teman di luar lokasi syuting.
Nicholas Saputra mengakui dirinya dan Mira Lesmana memiliki kesamaan minat pada film dan musik. Keduanya juga kerap saling bertukar informasi tentang berbagai hal.
Perkenalan Mira dan Nicholas berawal dari syuting film Ada Apa dengan Cinta? (2002), film pertama sekaligus yang melambungkan nama Nicholas Saputra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, Nico masih hanya fokus membahas urusan pekerjaan kala berhadapan dengan kru, termasuk Mira Lesmana dan Riri Riza yang duduk di bangku produser.
Setelah AADC (2002), Nico kembali terlibat dalam proyek-proyek Mira Lesmana dan Riri Riza. Kali ini Nico berperan sebagai Soe Hok Gie dalam film biopik Gie (2005).
Dari dua film itulah, Nico akhirnya mulai mengenal lebih dekat pribadi Mira Lesmana di luar urusan pekerjaan.
 Mira Lesmana saat produksi film Gie (2005). (Arsip Miles Films) |
"Kami punya banyak kesamaan minat di musik dan film, dan dalam beberapa topik. Sama Mas Riri juga. Jadi baru lebih mengenal [lebih dalam] lagi [tentang Mira Lesmana] ketika [di] film Gie," ujar Nicholas Saputra.
Kendati sekedar bahan obrolan untuk menghalau sepi ketika jeda syuting, Nico mengaku mendapat banyak hal baru dari Mira yang memiliki pengalaman lebih banyak. Salah satunya soal musik-musik era 60-an ketika mereka riset untuk film Gie.
Hal ini tidak mengherankan, terutama mengingat Mira Lesmana memiliki darah musisi dari kedua orang tuanya, yaitu Jack Lesmana yang merupakan musisi jazz ternama Indonesia, dan Nien Lesmana, penyanyi senior tahun 1960-an.
Suara Nicholas Saputra menjadi lebih bersemangat kala kami berusaha mengulik lebih banyak momen-momen kebersamaan dirinya dengan Mira Lesmana yang jarang terekam kamera.
"Aduh, terlalu banyak sih ya," katanya sembari tertawa.
Setelah sempat berpikir sejenak, Nicholas Saputra akhirnya mengakui bahwa ia dan Mira Lesmana seringkali bermain kartu dan mahyong kala mereka senggang dan sebagai pelepas penat di sela-sela syuting.
"Tapi bukan judi ya, cuma buat senang-senang," kata Nicholas menekankan beberapa kali dalam perbincangan soal "main kartu" itu.
Nico juga menyebut Mira sebagai teman yang asyik untuk diajak berlibur.
Mereka gemar mengeksplorasi tempat-tempat wisata yang kadang belum banyak dijamah orang dan bukan hanya untuk kebutuhan film semata.
Selayaknya teman dekat, pengalaman Nicholas Saputra dan Mira Lesmana kala bepergian itu kini menjadi kenangan dan candaan yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua, alias inside jokes.
"Banyak cerita-cerita konyol ketika bepergian yang mungkin akan sedikit absurd kalau diceritakan ke orang lain, karena mereka pasti bakal enggak nyangka," ujar Nicholas Saputra tertawa.
[Gambas:Instagram]
Sebagai individu yang telah menghasilkan berbagai karya, Nico juga telah menganggap Mira sebagai seorang panutan dalam hal memproduksi film.
Apalagi kini Nico melebarkan sayap sebagai produser melalui sejumlah film dokumenter, seperti Semesta (2019). Film dokumenter itu membahas tentang isu lingkungan dari sudut pandang budaya dan tradisi.
Film pertama Nico sebagai produser ini mendapat ulasan bagus dari penonton. Film yang mendapat rating 7,9 di IMDb ini dinilai memilki penyuntingan yang sederhana dan rapi.
Kerapihan tersebut rupanya dipelajari oleh Nico setelah berulang kali terlibat dalam film-film garapan Miles Production. Satu hal yang tidak didapat ketika bermain di rumah produksi lain.
"Saya rasa [setiap sineas] memiliki keunggulan masing-masing, cuman kalau Mira Lesmana dari Miles Production itu produksinya rapi, [dan] dipikirkan seksama," ujar Nicholas.
Lewat kerjasama itulah, Nico lebih paham bagaimana menjalankan proses produksi film yang layak dan baik. Yakni memastikan keamanan, kenyamanan, dan kesehatan pemain serta kru yang terlibat.
 Film Paranoia yang dibintangi Nicholas Saputra. (Arsip Miles Film) |
Seperti yang baru-baru ini dijalankan Mira Lesmana saat memproduksi film Paranoia. Film terbaru dari Riri Riza ini diproduksi di tengah masa pandemi November 2020 lalu.
Diproduksi dalam situasi pandemi, Mira menerapkan protokol kesehatan yang ketat selama syuting berlangsung. Semua kru dan pemain film Paranoia dikarantina di satu lokasi di mana tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar atau masuk lokasi.
Selain dikenal penuh kehati-hatian, Nico juga menilai Mira Lesmana sebagai produser film yang berani mendobrak tren dan mencari pasar yang belum terjamah.
Mira Lesmana tercatat mengawali karier film melalui Kuldesak pada 1998. Film ini terbilang baru di masa itu, sebuah gabungan film pendek yang dibuat oleh anak-anak muda dan untuk anak-anak muda. Film itu berhasil mendapatkan penghargaan di Festival Film Bandung pada 1999.
Kemudian Petualangan Sherina (2000) yang menjadi barometer film Indonesia anak-anak di era milenium sekaligus pintu gerbang masyarakat kembali ke bioskop untuk melihat film lokal.
Film yang dibintangi Sherina Munaf dan Derby Romeo ini berhasil mendapat penghargaan di Festival Film Bandung, Festival Film Indonesia, dan Asia Pasific Film Festival.
Nico pun yakin Mira Lesmana akan terus melahirkan karya yang tidak hanya sekedar bagus tapi juga memiliki nilai lebih mulai dari sisi penceritaan hingga lokasi yang dipilih.
"Apapun yang keluar dari filmnya Mbak Mira itu selalu segar, selalu menawarkan sesuatu yang baru dan ini kekuatan yang enggak semua produser punya," ujar Nico.