Mereka gemar mengeksplorasi tempat-tempat wisata yang kadang belum banyak dijamah orang dan bukan hanya untuk kebutuhan film semata.
Selayaknya teman dekat, pengalaman Nicholas Saputra dan Mira Lesmana kala bepergian itu kini menjadi kenangan dan candaan yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua, alias inside jokes.
"Banyak cerita-cerita konyol ketika bepergian yang mungkin akan sedikit absurd kalau diceritakan ke orang lain, karena mereka pasti bakal enggak nyangka," ujar Nicholas Saputra tertawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai individu yang telah menghasilkan berbagai karya, Nico juga telah menganggap Mira sebagai seorang panutan dalam hal memproduksi film.
Apalagi kini Nico melebarkan sayap sebagai produser melalui sejumlah film dokumenter, seperti Semesta (2019). Film dokumenter itu membahas tentang isu lingkungan dari sudut pandang budaya dan tradisi.
Film pertama Nico sebagai produser ini mendapat ulasan bagus dari penonton. Film yang mendapat rating 7,9 di IMDb ini dinilai memilki penyuntingan yang sederhana dan rapi.
Kerapihan tersebut rupanya dipelajari oleh Nico setelah berulang kali terlibat dalam film-film garapan Miles Production. Satu hal yang tidak didapat ketika bermain di rumah produksi lain.
"Saya rasa [setiap sineas] memiliki keunggulan masing-masing, cuman kalau Mira Lesmana dari Miles Production itu produksinya rapi, [dan] dipikirkan seksama," ujar Nicholas.
Lewat kerjasama itulah, Nico lebih paham bagaimana menjalankan proses produksi film yang layak dan baik. Yakni memastikan keamanan, kenyamanan, dan kesehatan pemain serta kru yang terlibat.
![]() |
Seperti yang baru-baru ini dijalankan Mira Lesmana saat memproduksi film Paranoia. Film terbaru dari Riri Riza ini diproduksi di tengah masa pandemi November 2020 lalu.
Diproduksi dalam situasi pandemi, Mira menerapkan protokol kesehatan yang ketat selama syuting berlangsung. Semua kru dan pemain film Paranoia dikarantina di satu lokasi di mana tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar atau masuk lokasi.
Selain dikenal penuh kehati-hatian, Nico juga menilai Mira Lesmana sebagai produser film yang berani mendobrak tren dan mencari pasar yang belum terjamah.
Mira Lesmana tercatat mengawali karier film melalui Kuldesak pada 1998. Film ini terbilang baru di masa itu, sebuah gabungan film pendek yang dibuat oleh anak-anak muda dan untuk anak-anak muda. Film itu berhasil mendapatkan penghargaan di Festival Film Bandung pada 1999.
Kemudian Petualangan Sherina (2000) yang menjadi barometer film Indonesia anak-anak di era milenium sekaligus pintu gerbang masyarakat kembali ke bioskop untuk melihat film lokal.
Film yang dibintangi Sherina Munaf dan Derby Romeo ini berhasil mendapat penghargaan di Festival Film Bandung, Festival Film Indonesia, dan Asia Pasific Film Festival.
Nico pun yakin Mira Lesmana akan terus melahirkan karya yang tidak hanya sekedar bagus tapi juga memiliki nilai lebih mulai dari sisi penceritaan hingga lokasi yang dipilih.
"Apapun yang keluar dari filmnya Mbak Mira itu selalu segar, selalu menawarkan sesuatu yang baru dan ini kekuatan yang enggak semua produser punya," ujar Nico.
(adp, nly/end)