Pada awal pengembangannya, wayang diperkirakan menjadi bagian ritual nenek moyang yang percaya roh atau arwah bisa tetap hidup dan bisa memberikan pertolongan pada yang masih hidup.
Roh-roh itu dipuja dengan panggilan hyang atau dahyang yang diwujudkan dalam bentuk patung. Hal itu yang kemudian menjadi asal usul wayang.
Kisah pewayangan kemudian berkembang dengan penambahan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut yang berakulturasi dengan budaya masyarakat setempat, hingga dijadikan media dakwah pada awal penyebaran agama Islam serta propaganda politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 100 jenis wayang berkembang di Indonesia, seperti Wayang Garing, Wayang Beber Kyai Remeng, Wayang Beber Pacitan, Wayang Kulit Betawi, dan masih banyak lagi.
UNESCO kemudian memasukkan wayang kulit Indonesia dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda untuk kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 4 November 2008.
Baru-baru ini, emosi netizen Indonesia tersulut setelah Adidas merilis produk koleksi barunya yang bertema wayang kulit dan menyebutnya berasal dari Malaysia. Produk yang masuk dalam koleksi City Pack ini diumumkan akun resmi Adidas Singapura pada Rabu (10/11).
Warga Indonesia langsung ramai menyerbu kolom komentar akun itu guna memberi tahu kekeliruan tersebut. Satu hari kemudian, Adidas Singapura meminta maaf atas kekeliruan itu dan mengakui wayang kulit asli Indonesia.
Tak hanya itu, mereka juga mengganti keterangan video yang diunggah sebelumnya.
![]() . |
Terkait iklan ini, Rudy menilai pencatutan wayang kulit sebagai warisan budaya Malaysia adalah dampak ketidaktahuan agensi periklanan yang ditunjuk Adidas.
"Jadi sebenarnya netizen kita ini seringkali terjebak pada polemik-polemik dan kemudian sayangnya polemik ini dipicu oleh agensi advertising yang berkaitan karena tidak tahu, enggak mudeng [mengerti]," kata Rudy.
Rudy juga mengingatkan kepada masyarakat Indonesia untuk tidak hanya bertindak ketika warisan budaya dicatut oleh negara atau bangsa lain, tapi dalam keadaan tanpa konflik juga ikut melestarikan dan mempelajarinya.
"Menanamkan sikap bahwa ini milik kita dan kita pelajari juga wayang itu apa, dan apa artinya buat bangsa sampai diakui UNESCO. Jadi ya semuanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin."