Review Film: Yuni

Naely Himami | CNN Indonesia
Jumat, 10 Des 2021 19:30 WIB
Review film Yuni menyebut film ini menyajikan sebagian kecil kasus ketidaksetaraan gender karena budaya patriarki di masyarakat.
Review film Yuni menyebut film ini menyajikan sebagian kecil kasus ketidaksetaraan gender karena budaya patriarki di masyarakat. (dok. Fourcolours Film/StarVision/Akanga Film Asia/Manny Films)

Tak hanya di institusi pendidikan, budaya patriarki yang telah bercokol selama bertahun-tahun juga menyudutkan perempuan di ranah rumah tangga.

Hal ini tergambar melalui Tika (Anne Yasmine) yang dipaksa menikah saat masih duduk di bangku pertama SMA. Tika yang masih remaja mesti melepas pendidikan demi mengurus bayi, sementara suaminya bebas berkeliaran tak ada yang menentang.

Melalui adegan itu, Kamila menunjukkan realitas bahwasanya sebagian masyarakat masih terjebak dengan pemahaman "perempuan hanya layak mengisi ranah domestik". Sedangkan laki-laki, punya keistimewaan untuk mengatur hidupnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konsep itu yang ingin didobrak Kamila Andini dalam film ini. Yuni mewakili perempuan-perempuan yang ingin terbebas dari 'aturan' patriarki di lingkungannya dan tidak ingin hanya sekadar memenuhi ekspektasi orang-orang di sekitarnya.

[Gambas:Youtube]



Selain diskriminasi terhadap perempuan, miskonsepsi tentang pendidikan seks di lingkungan pendidikan Indonesia juga dipotret oleh film Yuni. Seperti ketika muncul wacana tes keperawanan bagi siswi dengan dalih mencegah seks di luar nikah.

Hal itu memberikan gambaran bahwa pendidikan seks hanya dipahami seputar bahaya hubungan badan semata.

Padahal materi-materi dalam pendidikan seks jauh lebih kompleks dari aspek biologis, misalnya hubungan interpersonal, kesetaraan gender, integritas tubuh, dan bahaya pernikahan usia dini yang kuat diangkat di film ini.

Konsep akan nilai perempuan dalam masyarakat yang masih patriarki itu pula yang melatarbelakangi praktik pernikahan dini dalam film Yuni, dan juga masih dilakukan di sebagian daerah di Indonesia.

Para remaja perempuan dipaksa menikah dengan banyak alasan mulai dari mencegah hamil diluar nikah yang dianggap membawa aib keluarga, hingga faktor ekonomi. Bahkan lebih jauh, pernikahan seolah dianggap sebagai "jalan keluar" segala permasalahan hidup.

Segala masalah besar yang menghantui remaja Indonesia dan dibahas dalam Yuni ini sejatinya masih jarang disinggung dunia perfilman Indonesia. Kehadiran Yuni membuka ruang diskusi baru yang lebih segar dan dibumbui lanskap Serang yang belum banyak diangkat ke layar lebar.

(end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER