Jakarta, CNN Indonesia --
Snowdrop, drama baru Jung Hae-in dan Jisoo BLACKPINK, kembali terlibat kontroversi karena dituding mendistorsi sejarah gerakan pro-demokrasi Korea. Tudingan berulang itu muncul setelah episode pertama dan kedua Snowdrop tayang akhir pekan lalu.
Dalam satu hari, petisi baru muncul dan ditandatangani lebih dari 200 ribu orang dengan tuntutan penghentian tayang drama Snowdrop. Tak hanya itu, beberapa brand juga mundur sebagai sponsor drama tersebut.
Seperti dilansir YTN via Naver pada Selasa (21/12), pihak jTBC kemudian buka suara terkait kontroversi drama Snowdrop pada Selasa (21/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menyebut Snowdrop merupakan fiksi tentang pihak berkuasa yang berkolusi dengan pemerintah Korea Utara untuk mempertahankan otoritas.
Berikut adalah pernyataan lengkap jTBC terkait kontroversi drama Snowdrop.
"Ini adalah pernyataan jTBC mengenai kontroversi tentang drama Snowdrop.
Setelah penayangan Snowdrop, kontroversi berdasarkan informasi palsu tidak mereda. Jadi kami merilis pernyataan ini.
Pertama-tama, latar belakang dan motif peristiwa penting dalam Snowdrop adalah masa rezim militer. Dengan latar belakang itu, Snowdrop mengisahkan cerita fiktif pihak berkuasa yang berkolusi dengan pemerintah Korea Utara untuk mempertahankan otoritas.
Snowdrop adalah sebuah karya kreatif yang menampilkan kisah individu-individu yang dimanfaatkan dan dikorbankan oleh penguasa.
Tidak ada mata-mata yang memimpin gerakan demokratisasi di Snowdrop. Pemeran utama pria dan wanita tidak ditampilkan berpartisipasi atau memimpin gerakan demokratisasi di episode 1 dan 2. Mereka juga tidak akan melakukannya di episode mana pun dalam naskah mendatang.
Sebagian besar kesalahpahaman tentang kekhawatiran 'distorsi sejarah' dan 'penghinaan gerakan demokratisasi' yang dikritik banyak orang bakal selesai melalui perkembangan plot drama mendatang.
Drama ini mencakup niat tim produksi yang berharap tidak ada pengulangan era abnormal di mana kebebasan dan kebahagiaan individu ditindas kekuatan yang tidak adil.
Meski tidak dapat mengungkapkan banyak plot di episode mendatang, kami meminta Anda untuk memperhatikan kelanjutan alur cerita.
Selain itu, untuk mendengar pendapat berharga tentang konten jTBC, kami akan mendengarkan beragam suara dengan membuka jendela obrolan langsung via chat melalui situs portal dan laman resmi pesan pemirsa.
Nilai-nilai utama yang menjadi tujuan JTBC adalah kebebasan pembuatan konten dan kemandirian produksi. Berdasarkan hal ini, jTBC akan terus memberikan kontribusi penuh untuk menampilkan tayangan yang bagus."
Lanjut ke sebelah...
Drama tersebut pertama kali mendapat kecaman pada Maret 2021, setelah secuplik plot dan deskripsi karakternya bocor.
Plot itu dinilai mengagungkan mata-mata Korea Utara dan badan intelijen negara, yang dituduh menyalahgunakan kekuasaannya untuk menekan pembangkang politik dan aktivis pro-demokrasi di bawah rezim militer terkenal diktator, Chun Doo-hwan pada 1980-an.
Beberapa orang mengatakan karakter utama Snowdrop yang menjadi mata-mata dan menyamar sebagai aktivis pro-demokrasi menyesatkan.
Hal itu disebut menyiratkan keterlibatan Korea Utara dalam Pemberontakan Gwangju 1980, seperti klaim Chun Doo-hwan untuk 'membenarkan' penindasan brutal pemerintahnya terhadap gerakan tersebut.
SNOWDROP USAI PETISI BARU |
Selain itu, netizen juga menyoroti nama awal karakter perempuan, Eun Young-cho, yang mirip dengan tokoh simbolis aktivis pro-demokrasi, Chun Young-cho.
Di dunia nyata, Chun Young-cho dipenjara dan disiksa. Suaminya juga disiksa hingga meninggal karena dituding sebagai mata-mata.
Pemilihan nama Young-cho mendapat kritik keras netizen hingga membuat jTBC mengganti nama tersebut menjadi Young-ro dan memastikan mereka tidak bermaksud mendistorsi sejarah.
Kecaman bahkan petisi baru juga muncul setelah episode pertama dan kedua Snowdrop tayang pada 18 dan 19 Desember 2021. Drama itu kembali dituding mendistori sejarah mengenai gerakan pro-demokrasi.
Tak hanya itu, netizen juga kini menyoroti karakter lainnya yakni ayah pemeran utama pria drama itu yang diduga terinspirasi dari musisi Korea Yun Isang di dunia nyata.
Dalam episode 2 Snowdrop, Yun Isang dikisahkan sebagai musisi terkenal di Berlin. Sehingga sang anaknya juga belajar di kota itu. Yun Isang juga disebut sebagai pemenang medali.
Namun, ia menghadapi penindasan dan tidak bisa kembali ke Korea. Hal tersebut membuat hanya sang anak yang bisa kembali ke negara tersebut.
Hal itu serupa dengan musisi Yun Isang di dunia nyata yang juga mendapatkan beberapa penghargaan musik. Berdasarkan laman Internationale Isang Yun Gesellschaft E.V, Yun Isang diculik dari Berlin ke Seoul pada 1967.
Ia diculik polisi rahasia Korea, disiksa dan didakwa dengan pengkhianatan tingkat tinggi. Dalam persidangan, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tingkat pertama.
Banyak artis dan pekerja seni di dunia menandatangani petisi untuk pembebasannya. Yun Isang kemudian dibebaskan pada 1969 setelah protes internasional tersebut.
Hingga pada 1971, Yun Isang memutuskan menjadi warga negara Jerman.
Hal-hal tersebut membuat penonton mengkritik klaim sutradara yang mengatakan Snowdrop sepenuhnya fiksi beberapa waktu lalu.