Review Film: Moonfall

Muhammad Feraldi | CNN Indonesia
Selasa, 08 Feb 2022 20:20 WIB
Review Moonfall: film ini barangkali bisa lebih dinikmati jika ceritanya tidak berbelit.
Review Moonfall: film ini barangkali bisa lebih dinikmati jika ceritanya tidak berbelit. (Centropolis Entertainment via Imdb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Berpengalaman membuat film bencana alias disaster movie seperti Independence Day (1996) dan 2012 (2009), Roland Emmerich sebenarnya masih menggunakan formula yang tak asing pada Moonfall.

Beberapa resep tersebut seperti kehancuran besar, bencana alam, hingga sederet fenomena aneh akibat anomali bulan yang jadi inti cerita Moonfall, disuguhkan dengan audio visual mengesankan.

Efek visual yang ditampilkan saat tsunami hingga hujan meteor menjadi sensasi mengerikan tersendiri. Scoring audio yang mencekam juga melengkapi gambaran bencana dahsyat tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jelas bahwasanya Moonfall menunjukkan seberapa jauh pengalaman Emmerich menggambarkan kiamat versi Hollywood dan sukses membuat saya menahan napas.

Sayangnya, sinematografi yang mewah dan ambisius dalam Moonfall tidak dibarengi dengan penulisan skenario yang rasional dan mudah dipahami orang awam.

Emmerich dengan dua penulis lainnya, Harald Kloser dan Spenser Cohen, tampaknya berpetualang terlalu jauh dengan konsep-konsep kekacauan alam semesta dan menyambungkannya dengan sains.

Akhirnya, mereka seperti bulan dalam Moonfall, terlalu jauh dari orbit dan membuat kisah fiksi-ilmiah ini terlalu rumit.

Hal itu bisa terlihat dari kemunculan kekuatan misterius berwarna hitam, material bulan yang berjatuhan, hingga berbagai adegan dramatis apokaliptik lainnya.

Padahal, Moonfall barangkali bisa lebih dinikmati jika Emmerich tidak berupaya terlalu keras untuk merangkai cerita yang berbelit.

Sebenarnya alasan Emmerich melakukan itu bisa saja dipahami sebagai upaya supaya 'out of the box' dari formula kiamat yang sudah kepalang umum. Sayangnya, ide cerita 'out of the box' yang dieksekusi menjadi bumerang bagi film ini.

Meski begitu, Emmerich tidak meninggalkan aspek khas dari film kebencanaan, yaitu drama manusia.

Moonfall masih menampilkan bagaimana perilaku manusia saat berada di tengah bencana, sikap dan naluri kala menghadapi bahaya, hingga insting bertahan hidup umat manusia dan keserakahannya.

Moonfall (2022)Review Moonfall: komposisi trio Patrick Wilson, Halle Berry, dan John Bradley membuat cerita menjadi lebih dinamis. (Centropolis Entertainment via Imdb)

Narasi heroisme juga masih menjadi jualan dalam film ini. Hal itu diwujudkan oleh trio Brian Harper (Patrick Wilson), Jo Fowler (Halle Berry), dan KC Houseman (John Bradley), yang konon sebagai satu-satunya harapan manusia.

Meski terkesan berlebihan, komposisi trio itu membuat cerita menjadi lebih dinamis. Halle Berry dan Patrick Wilson mampu tampil berkelas dan John Bradley bisa memberikan kesegaran dengan sentilan komedi serta karakternya yang kocak.

Beberapa pemeran pendukung juga patut mendapat apresiasi, seperti Charlie Plummer dan Michael Pena.

Namun sekali lagi, drama kemanusiaan tersebut tidak mampu menyelamatkan naskah cerita yang dirangkai. Apalagi ketika Emmerich membawa penonton ke bagian resolusi.

Imajinasi Emmerich jelas melesat terlalu jauh. Dari sekian banyak kemungkinan, dia justru memilih satu ide yang membuat penonton mengernyitkan dahi karena begitu utopis dan jauh dari ilmu pengetahuan yang selama ini dikenal.

Meski di sisi lain, peluang imajinasi sejatinya tak terbatas dalam karya fiksi dan masih banyak ilmu pengetahuan yang belum terungkap di alam semesta dan membuat segala kemungkinan bisa saja terjadi.

Pada akhirnya, upaya Roland Emmerich menggabungkan bencana apokaliptik dan fiksi-ilmiah dalam Moonfall ini hanya bisa dinikmati penonton bila menanggalkan rasionalnya dan fokus pada visualnya yang megah.

Moonfall dapat disaksikan di bioskop mulai 4 Februari 2022.

[Gambas:Youtube]



(end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER