Sexy Killers mengungkap keterlibatan elit politik dalam bisnis batu bara, sementara The EndGame menampilkan sejumlah kesaksian beberapa mantan penyidik KPK saat tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan.
Sejumlah kesamaan ada di antara film-film dokumenter yang viral itu. Mereka memiliki topik fenomenal yang menggelitik minat masyarakat, hingga menjadi 'sentilan' bagi pihak tertentu.
Namun menurut Hikmat Darmawan, keviralan dokumenter Watchdoc di media sosial menjadi sebuah fenomena tersendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu dikarenakan mereka tidak melibatkan bioskop dalam distribusi film-filmnya. Apalagi, film dokumenter dikenal selalu terkendala dengan masalah promosi dan distribusi.
"Walaupun orang memperdebatkan apakah ini dokumenter atau propaganda, tetapi produksi Watchdoc itu membuktikan, meski tidak lewat bioskop, basis penontonnya terbukti kuat," kata Hikmat.
"Bisa jadi penonton film-film Watchdoc di YouTube itu lebih banyak dari penonton film-film horor di bioskop. Terbukti bahwa sebenarnya minatnya banyak," lanjutnya.
Satrio Pamungkas juga menyinggung dugaan yang kini mulai menjadi kenyataan tersebut. Menurutnya, kini terdapat perubahan tren bagi film dokumenter seiring dengan perkembangan teknologi dan demografi penonton.
Dosen IKJ yang juga produser film itu menyebut kini telah tumbuh sekelompok masyarakat "yang sudah mulai terbuka dengan cara berpikir baru, dengan tren istilah anti-mainstream,"
Lihat Juga : |
"Istilah seperti itu mulai melekat di anak-anak muda. Anak muda itu sudah ingin punya jalur alternatif yang dianggap oleh masyarakat bahwa cara berpikir mereka berbeda," kata Satrio.
Populasi "anti-mainstream" dan menjadi tren di kalangan anak muda inilah yang dianggap sebagai peluang baru untuk film dokumenter lebih dikenal secara luas.
Apalagi sifat film dokumenter yang memberikan pengetahuan, cara pandang, hingga fakta baru dari yang sudah dipahami secara umum menarik rasa penasaran anak-anak muda.
"Saya merasa ada tren anak-anak muda yang merasa bahwa suatu perbedaan, suatu hal yang baru, pengetahuan baru, itu menjadi tren, adalah tren positif," kata Satrio.
"Tapi harus secara bijak juga, mereka [mesti] tahu apa yang mereka anggap hal yang hebat ataupun tidak hebat [tersebut]." lanjutnya.
(frl/end)