Sejak awal, balet identik dengan kalangan atas. Sejarah menceritakan, Raja Louise XIV berperan besar meningkatkan popularitas balet, yang sebenarnya berawal dari acara pertemuan para bangsawan Italia. Karena itu, balet selalu ditampilkan penuh keindahan dan kemewahan.
Penulis naskah dan produser eksekutif Flesh and Bone tampaknya ingin memperlihatkan dua sisi yang bertentangan: kemilau glamor dunia balet di atas panggung, dan kebusukan bisnis di belakang panggung. Dikemas dalam drama psikologis yang kompleks, Flesh and Bone mengeksplorasi disfungsi dunia seni balet dengan menguak kegelapan berisi ambisi dan obsesi.
Flesh and Bone, serial yang masuk nominasi Best Television Limited Series di Golden Globe Award mengisahkan Claire Robbins (Sarah Hay), yang tiba di New York City dari pedalaman kota industri Pittsburgh. Meninggalkan masa lalu dengan segala permasalahan yang belum tuntas, Claire kemudian bergabung dengan American Ballet Company, sebuah perusahaan seni pertunjukan balet yang bergengsi di Kota New York.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak dinyana, potensi alami Claire menarik perhatian pendiri dan direktur artistik yang temperamental, Paul Grayson (Ben Daniels). Paul yang ingin menjadikan perusahaannya sebagai salah satu institusi artistik terbaik dunia, menganggap Claire sebagai anugerah untuk memenuhi ambisinya itu.
Kehadiran Claire pun menggeser balerina senior, Kiira (Iria Dvorovennko) yang tengah berkutat dengan cedera dan ketergantungan pada narkoba. Memanfaatkan penampilan dan bakat Claire, Paul menghalalkan segara cara guna mencapai impiannya. American Ballet Company pun terguncang.
Karier Claire yang melejit tak ayal menimbulkan kecemburuan teman sekamarnya, Mia (Emily Tyra) yang terlibat hubungan toksik dengan Romeo (Damon Herriman). Dalam Flesh and Bone, Claire mungkin terlihat menari bak di mimpi, tetapi ada potongan puzzle kehidupan Claire yang belum menemukan tempatnya, misalnya tentang saudara lelakinya, Bryan (Josh Helman) yang psikotik.
Baik Bryan yang mantan anggota militer, maupun Claire sama-sama memiliki luka batin dari masa lalu. Salah satu penyebab Claire lari dari rumah, adalah keinginan putus hubungan dari Bryan, serta meraih mimpi di kota lain. Namun dalam perjalanannya, Claire justru menemui pria-pria yang tidak diinginkan, hal yang hanya menambah masalah bagi Claire.
Serial Pemenang Best Miniseries dan Best Actress in Miniseries oleh Satelite Award ini mengingatkan saya pada film Black Swan. Flesh and Bone menggambarkan kontradiksi antara keanggunan pertunjukan balet dan kebrutalan di baliknya. Otot-otot yang tegang, kuku kaki yang terlepas, pelecehan seksual, luka-luka yang dibuat untuk menyakiti diri sendiri, hingga obsesi yang tidak terkendali menjadi bagian dunia balet yang ditampilkan, seolah memberi kesadaran, bahwa segala keindahan itu memerlukan proses yang luar biasa, bahkan tak jarang menyakitkan.
Serial Flesh and Bone memperlihatkan obsesi dan hal-hal tabu yang diceritakan secara elegan. Saksikan serial yang penuh dengan gairah, kecemburuan dan obsesi ini eksklusif hanya di Mola.
(win/rea)