Film Dokumenter, dari Merekam Alam hingga Membongkar Kasus
Dokumenter telah ada sejak awal film atau lebih dari 125 tahun lalu. Mulai dari klip-klip kurang dari 1 menit hingga kini berdurasi sekitar 80 menit dan bisa disaksikan banyak orang di layanan streaming.
Dokumenter juga awalnya digunakan untuk menampilkan pemandangan seperti yang dilakukan dua bersaudara asal Prancis, Auguste dan Louis Lumiere sebelum 1900, seperti dilansir Globians Film Fest beberapa tahun lalu.
Kemudian digunakan sebagai alat propaganda, seperti Triumph of the Will yang 'dipesan' Adolf Hitler untuk agenda Nazi. Agenda serupa juga dilakukan Amerika dan Uni Soviet ketika perang dingin.
Kini, dokumenter turut menjadi sarana menguak permasalahan sosial hingga kriminal yang terjadi di masyarakat umum, seperti kisah di balik Boeing saat menangani masalah dua pesawatnya yang jatuh dalam film Downfall: The Case Against Boeing.
Contoh dokumenter terbaru lainnya adalah Tinder Swindler yang mengangkat laporan investigasi media Norwegia pada 2019 tentang sejumlah perempuan yang jadi korban penipuan seorang pria lewat aplikasi kencan, Tinder.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dokumenter adalah dokumentasi dalam bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna khusus agar menjadi alat penerangan dan alat pendidikan.
Akademisi Film Institut Kesenian Jakarta Satrio Pamungkas menyatakan film dokumenter biasanya menampilkan sudut pandang baru dari sejarah yang diketahui masyarakat umum.
"Dokumenter itu menawarkan cara pandang lain dan membuka cara berpikir lain dari cara pandang umum," kata Satrio kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
"Kalau dokumenter memperlihatkan cara pandang yang sama dengan umum, itu tidak akan menjadi dokumenter menarik," tuturnya.
Lanjut ke sebelah...