CERITA DI BALIK LAYAR

Tangis dan Usaha 'Berdarah-darah' di Balik Invisible Hopes

CNN Indonesia
Minggu, 27 Feb 2022 18:27 WIB
Sutradara film dokumenter Invisible Hopes mengisahkan perjuangan menyuarakan nasib anak-anak yang lahir di balik jeruji besi. (dok. Lam Horas Production)
Jakarta, CNN Indonesia --

Suasana sebuah penjara di Semarang masih terekam jelas dalam benak Lamtiar Simorangkir, meski sudah tiga tahun berlalu. Kala itu pada 2018, ia tengah riset untuk sebuah proyek film.

Ide dari film yang nantinya akan bertajuk Invisible Hopes tersebut datang setelah pada 2017, seorang aktivis anak mengisahkan sebuah cerita bahwa banyak anak-anak lahir dan dibesarkan dalam penjara.

Anak-anak tersebut terpaksa hidup dalam penjara lantaran ibu mereka adalah narapidana. Tak pernah terpikir dalam benak Lamtiar yang memang fokus pada isu anak dan perempuan hal itu terjadi dalam dunia nyata.

"Saya sama sekali tidak tahu kok ada anak yang lahir dan dibesarkan di dalam penjara seperti narapidana. Saya pikir kalau ibu hamil ditangkap akan mendapat penangguhan atau bagaimana," kata Lamtiar kala berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Sama seperti dirinya, tak ada kenalannya yang mengetahui perihal tersebut. Pencarian melalui literatur pun menyatakan hal serupa. Akhirnya, ia merasa bahwa topik tersebut cukup menarik untuk dijadikan film karena belum pernah ada sebelumnya.

"Tapi memang selain itu saya berpikir juga bahwa saya merasa itu tidak adil, ada anak yang lahir dan dibesarkan di penjara," kata Lamtiar.

"Karena terus terang saya sendiri berasal dari keluarga yang cukup sederhana, tidak juga miskin, tapi saya bisa mengatakan masa kecil saya bahagia karena saya hidup bebas," lanjutnya.

Di sebuah penjara di Semarang pada 2018 itulah Lamtiar bertemu seorang anak kecil yang dibesarkan dalam penjara.

Anak perempuan itu disebutnya berusia 1,5 tahun kala itu dan tinggal dalam sebuah sel bersama 42 narapidana. Orang-orang itu sudah bersamanya sejak anak itu lahir ke dunia.

Lamtiar Simorangkir menyebut anak kecil tersebut amat pintar saat berbincang dengannya. Ketika sedang asyik mengobrol, tiba-tiba lonceng penjara berbunyi.

Sutradara film dokumenter Invisible Hopes, Lamtiar Simorangkir (kanan) mengisahkan perjuangan menyuarakan nasib anak-anak yang lahir di balik jeruji besi.: (dok. Lam Horas Production)

"Begitu dengar bunyi itu, si anak ini kiss-bye ke saya, lalu dia melambai, lalu dia pergi, saya jadi bingung. Lalu saya tanya ke petugas dan ibunya. Ibunya hanya tertawa dan dia bilang, 'Iya kak dia sudah pintar', maksudnya bagaimana," kata Lamtiar.

"Dijawab lagi, 'Iya, dia sudah tahu kalau itu tandanya masuk sel, untuk dikunci'. Ibunya cerita sambil tertawa, saya yang nangis. Kenapa? karena anak ini kan berarti memposisikan dirinya narapidana," lanjutnya.

"Di situ saya sudah ingin menangis banget. Dalam hati saya bilang, 'harus buat filmnya, harus buat, apapun yang terjadi', jadi saat itu saya tidak tahu cari izinnya ke mana karena saya ke sana ikut orang," kata Lamtiar.

Tangisan Lamtiar melihat kondisi anak sekecil itu sudah memposisikan diri sebagai narapidana menjadi semangat untuk menggarap kondisi itu sebagai dokumenter.

Lamtiar sadar keinginan itu tidaklah mudah. Bukan hanya perihal izin, ia pun minim pengalaman menggarap film dokumenter. Namun kondisi anak-anak tak berdosa itu terus menghantuinya.

"Saya hanya ingin orang-orang tahu bahwa ada anak-anak dengan kondisi seperti ini," kata Lamtiar.

"Saya sendiri yang menjalankan proyek ini, sangat berat waktu itu untuk bisa menyelesaikan filmnya, pendanaan tidak ada," lanjutnya.

Lamtiar mengaku dirinya mengeluarkan semua yang ia bisa lakukan untuk mewujudkan film ini. Mulai dari merogoh kocek sendiri sampai harus menjual mobil, segala macam ia lakukan.

Ia mendatangi banyak LSM lokal untuk mencari pendanaan. Namun semua permintaannya ditolak dengan alasan ini bukan isu prioritas, selain itu sebagian merasa ketakutan karena ini "isu sensitif dan takut menimbulkan conflict of interest dengan negara".

Lanjut ke sebelah...

'Yang Penting Berusaha Pak Presiden Tonton Ini'


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :