"Saya merasa kecewa karena mereka lah yang seharusnya memperjuangkan isu ini tapi mereka tidak berani," kata Lamtiar.
Lamtiar juga mengaku sempat kerepotan dalam menggarap film ini karena kurang memiliki pengalaman soal dokumenter. Ia mengaku kesulitan menemukan "senior-senior yang bisa dijadikan tempat bertanya,"
Ia tak menyerah. Internet pun menjadi pelabuhan dirinya dalam mencari ilmu. Namun rintangan tak berhenti karena saat itu, Lamtiar masih bekerja penuh waktu sebagai karyawan. Sulit baginya untuk membagi waktu antara bekerja dan menggarap film ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai kemudian, ia terlalu sering absen kerja karena menggarap film dan berujung pada pemecatan dirinya. Ia sadar mimpinya akan Invisible Hopes terlalu berat saat itu.
"Setelah syuting, saya melihat kondisi di dalam penjara, anak-anak dan ibu hamil, saya sampai tidak bisa tidur," kata Lamtiar. "Kru saya juga harus break rutin karena enggak sanggup. Kalau saya sendiri harus kuat, ya karena pimpinan proyek,"
![]() |
"Jadi secara emosional berat, kehidupan personal juga terpengaruh, pendanaan juga sulit, belum lagi kepahitan 'kok enggak ada orang yang peduli, NGO-NGO yang peduli pada anak dan perempuan kok tidak peduli?" kata Lamtiar.
"Bahkan sampai saat ini, saya sudah menunjukkan film ini ke Menteri PPPA, dan sudah memberikan rekomendasi hal-hal apa saja yang perlu ditindaklanjuti, tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut," katanya.
Perjuangan Lamtiar Simorangkir tidak sia-sia. Ia dikenalkan dengan Kedutaan Swiss yang rupanya memiliki program pendanaan terkait hak asasi manusia.
Tanpa pikir panjang, ia mengajukan film tersebut. Bukan hanya ke Kedutaan Swiss, tetapi juga ke Kedutaan Norwegia. Permohonan Lamtiar kepada keduanya disetujui, ia pun punya uang lagi untuk melanjutkan proyek tersebut.
Ia juga mengajukan ke Festival Film Indonesia 2021 lalu. Invisible Hopes mulus lolos menjadi nominasi, hingga pada 10 November 2021 judul film itu diumumkan sebagai pemenang kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik FFI 2021.
"Ada begitu banyak anak yang lahir dari narapidana perempuan di penjara," kata Lamtiar di atas podium malam anugerah FFI yang dihadiri Presiden Joko Widodo waktu itu.
"Bapak Jokowi, saya mohon bapak untuk menyaksikan Invisible Hopes. Saya mohon bapak memperhatikan anak-anak ini," lanjutnya.
Lamtiar Simorangkir masih ingat akan ucapannya kala itu. Ia menyebutkan itu kembali saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa bulan setelah FFI 2021.
"Saya sampai bilang ke pak Jokowi, 'Pak saya sampai berdarah-darah lho buatnya', ya itu benar," kata Lamtiar.
Kini, meski pemerintah belum menanggapi permintaannya, Lamtiar Simorangkir masih terus berjalan mengisahkan anak-anak di balik jeruji besi ini dengan harapan semakin banyak orang yang peduli.
Dengan segala keterbatasan, Invisible Hopes baru digelar dalam acara-acara nonton bareng dan diskusi yang dibantu oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lamtiar menyebut rencana itu bakal digelar hingga setahun.
"Yang paling penting juga ingin berusaha agar Pak Presiden bisa menonton film ini, karena masalah ini bukan hanya tugas Kemenkumham," kata Lamtiar.
"Jadi ini sebenarnya solusinya sudah antar-kementerian, yaitu harus ada Kemenkumham, Kementerian PPPA, Kemenkes, Kemensos, dan Kemendagri soal identitas anak yang lahir di penjara,"
"Sehingga kalau kita bisa langsung bertemu Pak Jokowi kan bisa lebih mudah menggerakkan beberapa kementerian tersebut,"
Lihat Juga : |
"Selain itu, membangun kesadaran masyarakat soal keberadaan anak-anak dan ibu hamil di penjara ini, sehingga ketika mereka mengalami hal sama mereka bisa mensupport keluarga mereka,"
"Persoalannya kan ibu-ibu ini banyak tidak di-support keluarganya, yang jadi korban anak-anaknya. Anak menjadi korban terselubung."
Lamtiar menyebut, masih ada kelanjutan kisah dari Invisible Hopes ini. Kisahnya disebutkan akan fokus pada kehidupan setelah keluar dari penjara untuk menjawab pertanyaan "kemana mereka setelah ini?"
"Sama dengan Invisible Hopes, duitnya belum ada. Jadi masih sedang mencari pendanaan, semoga bisa segera dapat pendanaan sehingga syutingnya bisa diteruskan." kata Lamtiar Simorangkir.