Jakarta, CNN Indonesia --
Perhatian dunia tertuju pada Ukraina satu pekan terakhir, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan serangan militer ke negara tersebut, yang disebut telah menewaskan dua ribu orang.
Selain penyerangan, perdebatan juga terjadi di kalangan masyarakat mengenai penulisan serta penyebutan ibu kota Ukraina. Banyak yang menulisnya dengan Kyiv, tapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai Kiev.
Rakyat Ukraina menyebut ibu kota mereka Київ atau Kyiv (ki-yiv) berdasarkan ejaan, literasi dari Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Киев atau Kiev (ki-yèv) merupakan sebutan versi Rusia. Ejaan itu merupakan hasil transliterasi dari Cryrillic Rusia.
Kiev menjadi ejaan standar ketika kota itu berada di bawah kekuasaan Uni Soviet, dan terus digunakan setelah USSR dibubarkan pada 1991.
Namun, pemerintah Ukraina secara hukum menyetujui peralihan dari Kiev ke Kyiv pada 1995.
Isu itu semakin penting bagi masyarakat Ukraina ketika pemimpin pro-Rusia Viktor Yanukovych digulingkan pada 2014. Ukraina mulai mencari hubungan yang lebih dekat dengan Uni Eropa dan NATO.
Sehingga, banyak Ukraina melihat Kiev sebagai peninggalan masa lalu negara Soviet karena lebih dekat pengucapan bahasa Rusia. Sedangkan Kyiv cocok dengan pengucapan bahasa Ukraina.
"Banyak orang Ukraina melihat ini (pengucapan Kyiv) sebagai tanda penghormatan terhadap bahasa dan identitas mereka," kata guru bahasa Ukraina Universitas Cambridge Andrii Smytsniuk seperti dilansir The Guardian beberapa waktu lalu.
Lanjut ke sebelah...
Akademisi studi Rusia dan Slavonik di Universitas Nottingham Monica White mengatakan bahasa Rusia dan Ukraina berakar pada Slavonik timur, dan berbeda dari Slavonik barat yang digunakan Polandia, atau Slavonik selatan, seperti Bulgaria.
Slavonik sendiri merujuk kepada Bangsa Slavia yang memiliki tiga kelompok besar bahasa yaitu Slavonik Barat, Slavonik Timur, Slavonik Selatan.
"Mereka semua berasal dari akar (sama) yang asli, tapi seperti bahasa-bahasa lainnya kemudian berkembang jadi berbeda," kata Monica White.
Ukraina, ucap Monica, mengadopsi beberapa pengaruh Polandia selama periode modern awal. Beberapa vokal Ukraina akhirnya diucapkan sangat berbeda dari Rusia, seperti ї dalam Київ (Kyiv).
Pada 2018, Kementerian Luar Negeri Ukraina telah meluncurkan kampanye KyivNotKiev (Kyiv bukan Kiev) untuk membujuk negara lain mengadopsi ejaan tersebut.
"Ukraina telah menjadi negara berdaulat yang merdeka selama lebih dari 27 tahun, tapi versi Soviet (Kiev) masih bertahan dalam praktik internasional," bunyi kampanye tersebut.
"Penggunaan nama tempat di era Soviet yang berakar dari bahasa Rusia, tidak dapat diterima oleh orang-orang Ukraina."
Salah satu negara yang secara resmi dan terbuka mengumumkan bakal menggunakan Kyiv, usai invasi Rusia ke Ukraina adalah Korea Selatan.
Seperti diberitakan kantor berita Yonhap pada Kamis (3/3), Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengumumkan akan mengeja dan menyebutkan nama-nama kota dan area di sana seperti yang diharapkan pemerintah Ukraina.
Sebelumnya, Korea Selatan masih menggunakan versi transliterasi Rusia. Perubahan itu datang atas permintaan Kedutaan Besar Ukraina di Seoul.
"Kami telah berkonsultasi dengan Kedutaan Besar Ukraina di Seoul dan Institut Nasional Bahasa Korea mengenai masalah ini dan memutuskan mengikuti rekomendasi mereka," ujar juru bicara kementerian Choi Young-sam.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia juga saat ini menggunakan Kyiv untuk menyebut ibu kota Ukraina tersebut.