Janur Kuning, Film Citra Soeharto Berlatar Serangan Umum 1 Maret 1949

CNN Indonesia
Sabtu, 05 Mar 2022 19:13 WIB
Janur Kuning (1979) sempat menjadi salah satu bahan materi wajib pembelajaran sejarah pada masa Orde Baru perihal Serangan Umum 1 Maret 1949.
Janur Kuning (1979) sempat menjadi salah satu bahan materi wajib pembelajaran sejarah pada masa Orde Baru perihal Serangan Umum 1 Maret 1949. (dok. PT Metro 77 via IMDb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Salah satu momen dalam sejarah Indonesia, Serangan Umum 1 Maret 1949, menjadi latar kisah film kolosal garapan semasa Orde Baru yang bertajuk Janur Kuning (1979).

Janur Kuning dibuka dengan iring-iringan tentara naik-turun bukit sembari menggotong tandu tempat Panglima Soedirman (Deddy Sutomo) duduk. Soedirman diketahui sedang sakit kala momen pertempuran gerilya tersebut.

Soedirman kemudian memanggil Letkol Soeharto (Kaharuddin Syah) yang juga merupakan Komandan Brigade X sekaligus Komandan Wehrkreise III.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soedirman menyebut ia ragu untuk memasuki Yogyakarta dan khawatir hasil perdamaian Roem-Roijen (17 April-7 Mei 1949) akan sama seperti perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947) dan Renville (17 Januari 1948).

Soedirman menilai akan lebih baik bila Indonesia yang tengah mempertahankan kemerdekaan untuk terus bergerilya hingga tentara Belanda yang melakukan Agresi Militer angkat kaki.

Panglima Soedirman menyebut bahwa perlawanan semesta rakyat Indonesia secara gerilya lebih mampu mengusir Belanda dibanding dengan upaya diplomasi, lantaran negara Eropa itu selalu menyiapkan kekuatan di setiap perjanjian.

Soeharto menilai bahwa adalah kesempatan emas kala itu untuk masuk ke Yogyakarta karena Belanda telah meninggalkan ibu kota Indonesia saat itu lantaran kalah perang.

Hingga kemudian, Soeharto teringat akan kenangan serangan Belanda di Agresi Militer II yang berlangsung Desember 1948. Seiring film berjalan, Janur Kuning mengisahkan peran Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.

Film berdurasi tiga jam yang digarap oleh Alam Surawidjaja tersebut sempat menjadi salah satu bahan materi pembelajaran sejarah pada masa Orde Baru untuk memahami perihal Serangan Umum 1 Maret 1949.

Namun begitu Orde Baru tumbang pada 1998, film tersebut tak lagi jadi bahan tontonan wajib. Kala itu, film ini dianggap sebagai upaya memanipulasi sejarah dan menciptakan kultus Soeharto sebagai pahlawan di balik perebutan kembali Yogyakarta.

Sebagai sebuah produk film, Janur Kuning dianggap karya kolosal yang legendaris. Hingga berdekade-dekade usai film tersebut dirilis, Janur Kuning masih dianggap sebagai film dengan penggambaran peperangan paling detail.

Film yang dilaporkan dibuat dengan bujet Rp350 juta (1979) atau setara dengan Rp12,6 miliar pada 2021 tersebut menggunakan ribuan figuran, panser, tank, dan pesawat terbang.

Lanjut ke sebelah...

Peneliti: Film Janur Kuning Tidak Obyektif

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER