Jakarta, CNN Indonesia --
Selayaknya Pemilu, momen penilaian film untuk menjadi pemenang Piala Oscar sama riuhnya. Sineas asal Indonesia yang menjadi anggota the Academy, Amelia Hapsari, mengisahkan kesibukan para anggota the Academy memilih pemenang.
Menurut Amelia, kesibukan dimulai ketika memasuki Desember, beberapa bulan sebelum Oscar digelar yang biasanya jatuh pada Februari atau Maret.
Para anggota the Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) seperti dirinya memiliki akses ke sebuah situs khusus macam layanan streaming tempat seluruh film mendaftarkan diri menjadi nominasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di platform itu penuh, tiba-tiba banyak film yang harus ditonton ada ratusan," kata Amelia Hapsari kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Academy Awards berbeda dengan ajang penghargaan lainnya yang menggunakan dewan juri khusus untuk menentukan nominasi dan pemenang.
Ajang penghargaan film tertinggi dunia ini menggunakan para anggota AMPAS untuk menentukan nominasi hingga pemenang.
AMPAS diketahui beranggotakan ribuan orang yang terbagi di berbagai lokasi di dunia dan terdiri dari berbagai bidang profesi di dunia perfilman. Masing-masing dari mereka harus menyaksikan seluruh film agar bisa memilih.
Mengingat begitu banyak film yang harus dinilai, para anggota Academy dituntut memiliki manajemen waktu sejak film berdatangan pada September dan Oktober. Bila tidak, mereka akan mendadak kebanjiran film yang harus disaksikan pada Desember.
Meski begitu, jumlah film yang harus disaksikan akan menyusut seiring dengan proses seleksi yang berjalan dari calon nomine menjadi daftar panjang, kemudian terseleksi menjadi daftar pendek, hingga menjadi nominasi yang diumumkan ke publik.
"Kalau sudah nonton semua enggak usah tonton lagi, bisa langsung voting," kata Amelia.
Menarik Suara Anggota
Momen pemilihan akan benar-benar terasa seperti Pemilu ketika sudah mulai mendekati akhir periode penilaian, biasanya jatuh pada sebulan sebelum malam penganugerahan.
Pada momen tersebut, akan ada banyak promosi-promosi yang dilakukan studio ataupun produser untuk meyakinkan para anggota AMPAS untuk memilih film mereka sebagai pemenang Oscar.
Promosi yang digelar bisa beragam, mulai dari 'spanduk' dan wawancara di berbagai media hingga beragam acara diskusi bedah film yang menjadi nomine.
Lanjut ke sebelah...
Maka wajar ada anggapan awam bahwa sebuah film bisa menjadi pemenang Oscar butuh banyak sokongan promosi, kecuali film tersebut menjadi fenomena yang akan terpromosikan sendiri.
"Anggota The Academy ada 9000-an, kalau Anda pembuat film, kalau sudah di masa-masa yang kritis ini, nominasi, Anda akan promosi di tempat-tempat yang banyak jurinya. Kan penilaian berdasarkan voting," kata Amelia.
"Seperti kampanye presiden, kandidat akan pergi ke provinsi yang orangnya banyak, yang kira-kira pendukungnya banyak, yang bisa kasih vote banyak, nah ini hampir sama... Jadi, Oscar ini ada prediksi yang meleset, itu bisa juga," lanjutnya.
Diminta Tolong
Amelia Hapsari juga mengakui terkadang dirinya mendapatkan 'titipan' dari sineas yang filmnya menjadi nomine Oscar untuk membantu mempromosikan film itu ke sesama anggota the Academy lainnya.
"Saya juga dimintai tolong untuk mengontak anggota yang lain, memberitahukan opini kita atau mengajak mereka untuk menonton filmnya," kata Amelia.
Namun Amelia mengaku tak terlalu disibukkan dengan kegiatan itu. Pasalnya para pembuat film akan lebih fokus ke kantung-kantung yang memiliki banyak anggota the Academy, seperti wilayah Amerika dan Eropa.
 Sineas asal Indonesia yang menjadi anggota the Academy, Amelia Hapsari, mengisahkan kesibukan para anggota the Academy memilih pemenang. (Dok.Pribadi) |
Amelia menyebut anggota the Academy di Asia masih terbilang amat sedikit. Apalagi bila dipecah lagi berdasarkan genre atau kategori film juga bidang perfilman mereka.
"Yang kami identifikasi di dokumenter dari Asia, yang saya kenal atau ada di daftar saya mungkin sekitar 20-30-an." kata Amelia.
Kondisi itu yang kerap kali memicu dugaan Academy Awards tidak inklusif karena proporsi jumlah anggota dan sebarannya yang tidak merata alias terpusat di Amerika.
Sehingga, kemenangan film dari daerah di luar tipikal Oscar itu macam Asia atau Afrika dianggap menjadi momentum tersendiri.
Salah satunya adalah ketika Parasite dari Korea Selatan berhasil membawa pulang Best Picture pada Oscar 2020.
Kemenangan film Bong Joon-ho tersebut bahkan dianggap sebagai kemenangan Korea Selatan, Asia, dan film berbahasa non-Inggris yang diharuskan menggunakan subtitel atau takarir bila ingin diapresiasi masyarakat berbahasa Inggris.
"Setelah Anda mengatasi penghalang subtitle setinggi satu inci, Anda akan diperkenalkan dengan begitu banyak film yang lebih menakjubkan." kata Bong Joon-ho dengan bahasa Korea saat menerima piala Best Foreign Language Film Oscar 2020.