Selain aspek cerita, Twenty Five Twenty One juga unggul dari segi akting. Para pemain menggambarkan setiap karakter dengan realistis melalui ekspresi dan gestur penuh detail. Mereka menampilkan remaja dengan apa adanya, tak terkesan dipaksakan menjadi dewasa.
Kim Tae-ri menjadi yang paling patut diapresiasi berkat perannya sebagai Na Hee-do. Ia berhasil menampilkan karakter remaja yang ceria, tetapi juga kerap mengalami jatuh bangun dalam menggapai impiannya.
Rasanya sulit membayangkan jika karakter Na Hee-do diperankan oleh aktris lain. Kim Tae-ri nyatanya berhasil 'menyembunyikan' umurnya yang sudah 31 tahun ketika memerankan karakter Na Hee-do.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyaksikan Twenty Five Twenty One memang membuat hati dipenuhi perasaan campur aduk. Penonton dibuat senyum-senyum sendiri ketika melihat kemesraan Baek-Yi-jin dan Na Hee-do, menangis melihat perjuangan para karakter dalam memperjuangkan impiannya, dan tertawa melihat tingkah lucu mereka.
Secara keseluruhan, adegan-adegan dalam Twenty Five Twenty One terasa melekat dekat di hati. Namun dua episode terakhir drama ini benar-benar membuat emosi bergejolak.
Misalnya saja adegan bertemunya kembali Na Hee-do dan Ko Yu-rim di laga final anggar. Adegan itu menggambarkan perjuangan dan profesionalitas para atlet dalam bertanding, terlepas dari kondisi mentalnya.
Adegan perpisahan Baek Yi-jin dan Na Hee-do dalam episode terakhir juga terasa sangat membekas. Rasanya sulit menahan air mata ketika menyaksikan Yi-jin mengikat tali sepatu Hee-do untuk terakhir kalinya. Menyaksikan perpisahan keduanya membuat saya ingin kembali ke episode-episode awal saat mereka saling mendukung, berbagi keceriaan tanpa mempermasalahkan hal lainnya.
Sejak awal, penonton memang dibuat penasaran akan nasib akhir hubungan Baek Yi-jin dan Na Hee-do. Penonton dibuat bertanya-tanya siapa yang menjadi suami Na Hee-do dan ayah anaknya, Kim Min-chae. Tak heran banyak teori-teori yang berseliweran terkait drama ini.
Sutradara Jung Ji-hyun begitu cermat menjahit setiap adegan sehingga penonton sulit menebak akhir dari hubungan Yi-ji dan Hee-do bahkan hingga menit terakhir drama ini.
Sutradara Jung Ji-hyun tampaknya tak ingin penonton Twenty Five Twenty One larut jalan cerita yang penuh kebahagiaan seperti dalam dongeng atau drama lainnya. Drama ini dibuat untuk menggambarkan manis pahitnya menjadi dewasa dengan realistis.