Maria Ulfah pun mulai melangkahkan kaki di kompetisi langgam ayat Al-Qur'an, MTQ, yang merupakan wadah bagi qori dan qoriah untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam memahami isi kandungan Al-Qur'an.
Sejak dimulai pada 1968, acara tahunan ini telah menelurkan banyak qari dan qariah di Indonesia. Kompetisi ini pun digelar mulai dari tingkat bawah seperti sekolah juga kelurahan, hingga nasional, yang juga akan berlanjut ke tingkat internasional.
Dalam MTQ, Maria mengatakan ada beberapa poin penilaian yang harus diperhatikan oleh peserta agar bisa lolos menjadi juara. Mulai dari, adab memegang Al-Qur'an, kejernihan suara, pemilihan lagu, kelancaran membaca Al-Qur'an, dan tentunya ketepatan tajwid.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dari itu, kualitas suara dan teknik vokal juga harus diperhatikan. Teknik vokal dan beragam trik yang digunakan untuk menjaga kualitas suara seorang qari ini serupa dengan penyanyi menjaga suaranya.
Namun yang berbeda, seorang qari dituntut bisa 'menyanyikan' ayat tanpa melanggar kaidah-kaidah tajwid yang mutlak diberlakukan saat membaca Al-Qur'an.
Syarat ini kemudian membuahkan berbagai teknik pernapasan yang cukup rumit agar bisa mengambil napas panjang dalam menghadapi makhraj huruf, harakat, hingga tajwid dalam sebuah ayat, supaya menghasilkan lantunan yang dianggap tepat hingga sempurna.
"Karena di MTQ nada-nada yang dilantunkan, mulai dari nada terendah sampai tertinggi," kata Maria.
![]() |
"Qori atau qoriah enggak boleh sakit maag, jadi diafragma ini, tempatnya napas, kalau otot perut di sini lemah ya napasnya pendek, paru-parunya [harus] sempurna enggak boleh enggak sehat," lanjutnya.
Untuk sekaliber MTQ Internasional, tantangan menjadi lebih rumit. Maria menyebut panitia MTQ Internasional turut menilai segi penghayatan saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an selain daripada teknik-teknik yang sudah Maria sebut.
Bahkan Maria menyebut, penghayatan saat melantunkan ayat suci ini seperti ketika membacakan puisi.
Apalagi, ayat-ayat Al-Qur'an bukan hanya sekadar bahasa Arab, melainkan dianggap memiliki kualitas yang keindahan bahasanya jauh melebihi sastra bahasa Arab pada umumnya. Maka dari itu, kata Maria, seorang qari atau qariah juga mesti belajar bahasa Arab agar memahami pesan dari ayat yang mereka lantunkan.
Terkait dengan penghayatan itu, ekspresi mimik wajah saat melantunkan ayat di MTQ Internasional juga mesti sesuai. Maria menyebut, meski peserta memiliki teknik napas mumpuni tapi jika tidak berkesan maka akan mengurangi poin.
"Jadi harus memasukkan dho, perasaan, menghayati lagu, sehingga didengarkan bisa syahdu, jadi pas didengarkan bisa enak, maknanya akan lebih syahdu. Kalau di internasional itu yang dinilai," kata Maria.
Namun lebih dari sekadar persiapan, teknik, dan pemahaman, Maria Ulfah mengatakan hal paling mendasar saat dirinya menjalani proses panjang menjadi qari melalui kompetisi ini adalah kebersihan hati.
"[Niatnya] Ibadah, bukan mencari hadiah. Enggak boleh niatnya mencari hadiah, karena Al-Qur'an ini lain dengan olahraga. Kalau atlet olahraga itu tidak apa-apa niatnya mencari hadiah," kata Maria Ulfah yang kini menjadi pengajar Al-Qur'an sekaligus juri MTQ di berbagai daerah.
(end)