Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menyatakan bahwa kualitas program siaran selama Ramadan 2022 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Hal itu disampaikan dalam acara Publish dan Evaluasi 10 Hari Pertama Siaran Ramadan 2022 yang digelar MUI-KPI di Gedung MUI, Jakarta Pusat, pada Senin (18/4).
"Kami dari Majelis Ulama Indonesia mengapresiasi karena terjadi peningkatan kualitas produk siaran selama Ramadan tahun 2022 ini. Data ini tentu saja dibandingkan dengan data tahun sebelumnya," tutur Ketua Tim Pemantau Tatan Hermansyah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meningkatnya kualitas produk ini terlihat dari data-data semakin minimnya indikasi pelanggaran yang terdapat dalam tayangan," sambungnya.
Laporan tersebut didapat setelah MUI melakukan pantauan tayangan terhadap program Ramadan di televisi. Pantauan itu melibatkan 32 pemantau yang dilakukan terhadap 19 stasiun televisi.
Tim pemantau menemukan banyak program di stasiun televisi yang layak diapresiasi karena berupaya menjaga kondusivitas serta kesucian Ramadan. Beberapa di antaranya yaitu program Islam Itu Indah (Trans TV), Muslim Travelers (NET TV), hingga Serambi Islami Ramadan (TVRI).
Namun, Tantan mengungkapkan bahwa masih ada sejumlah program yang terindikasi melakukan pelanggaran.
"Meskipun indikasi semakin menurun, tetap saja ada beberapa siaran yang masih melakukan indikasi pelanggaran," tuturnya.
Indikasi pelanggaran dan ketidakpatutan tampak dari empat hal, yakni adegan kekerasan fisik maupun verbal, visualisasi yang mengarah kepada tendensi sensualitas, kepatutan etis dan kelayakan syariat, hingga pelanggaran protokol Covid-19.
Menyikapi hal tersebut, MUI-KPI memberikan rekomendasi untuk program siaran yang tayang selama Ramadan. Lembaga siaran diminta segera berbenah, terutama karena bulan Ramadan masih menyisakan setengah bulan.
"Bagi lembaga penyiaran, segera membenahi isi siaran yang terdapat pelanggaran atau tayangan yang memiliki ketidakpatutan," ungkap Tantan.
"Beberapa hal yang harus diperbaiki untuk 15 hari ke depan dan juga memungkinkan untuk diperbaiki untuk tayangan [Ramadan] di tahun mendatang," tuturnya.
Selain itu, rekomendasi juga diberikan kepada program komedi Ramadan. Program itu disebut kerap terjebak dengan genre slapstick dan improvisasi situasional, sehingga harus dievaluasi dengan optimal.
Program tersebut juga diminta untuk tidak menampilkan dialog yang merendahkan lawan main, mengolok, dan merendahkan.
Lembaga siaran juga disarankan untuk berkolaborasi dengan MUI dalam mengevaluasi kualitas produk siaran khusus Ramadan. MUI juga berharap agar kolaborasi dengan KPI diperkuat sehingga dapat meningkatkan kualitas siaran Ramadan.
(frl/pra)