Jakarta, CNN Indonesia --
Amber Heard didiagnosis menderita gangguan kepribadian ambang dan gangguan kepribadian histrionik. Hal tersebut diungkap oleh Shannon Curry, seorang psikolog klinis dan forensik dari pihak Johnny Depp saat gelaran sidang pencemaran nama baik di Virginia, AS, Selasa (27/4) waktu setempat.
Untuk gangguan kepribadian ambang, Curry menjelaskan tanda-tandanya, seperti adanya ketidakstabilan dalam hubungan pribadi, emosi, perilaku, rasa akan diri sendiri, dan identitas, termasuk reaktivitas emosional. Tanda-tanda tersebut didorong oleh rasa pengabaian.
Sehingga, lanjut Curry, orang-orang dengan gangguan tersebut akan melakukan apapun agar orang di sekitarnya tidak meninggalkan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang-orang dengan gangguan kepribadian ambang itu hitam dan putih. Kami menyebutnya terbelah," kata Shannon Curry dalam persidangan, seperti dikutip dari ET.
"Mereka menjadi ideal, orang yang sempurna, lalu merasa seperti sampah. Lalu akan ada perbaikan karena mereka merasa menyesal. Tapi, seiring waktu, hubungan ini memudar," sambungnya.
Sedangkan, untuk gangguan kepribadian histrionik, Curry pun menjelaskan tanda-tandanya. Seperti, presentasi yang terlalu dramatis, ada drama dan kedangkalan, kebutuhan untuk selalu menjadi pusat perhatian, dan pergantian emosi yang cepat.
"Ketika mereka yang memiliki gangguan kepribadian ini menunjukkan emosi, ada rasa kedangkalan padanya. Orang-orang yang mengamati mereka akan merasa mereka seperti sedang akting," jelas Curry.
"Ia [Amber Heard] tidak pernah benar-benar menunjukkan perasaannya yang rentan pada sendiri," lanjutnya.
Dalam kesaksiannya, Shannon Curry mengungkap bahwa ia melakukan tinjauan terhadap kepribadian Amber Heard lewat berbagai sumber, seperti tes, catatan medis masa lalu, laporan Heard sendiri, dan dua pertemuannya dengan sang aktris.
Ketika mengevaluasi Heard, Curry mengatakan, "Ia punya cara yang sangat canggih untuk meminimalisir masalah pribadi apapun."
Soal PTSD lanjut ke sebelah...
Shannon Curry menyanggah bahwa Amber Heard memiliki gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD). Ia mengatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung Heard memiliki gangguan tersebut.
"Ada indikasi yang cukup signifikan bahwa ia [Amber Heard] melebih-lebihkan gejala PTSD ketika ditanya tentang hal tersebut," ungkap Curry, dilansir dari The Independent.
"Ini [PTSD] adalah salah satu gangguan yang paling mudah dipalsukan," jelasnya. "Banyak dari kita yang tahu rasanya merasa cemas, dan banyak orang yang pernah nonton film perang dan film yang menggambarkan seseorang mengalami PTSD."
Selain itu, Curry mengatakan Heard mengklaim bahwa dirinya menderita 19 dari 20 gejala utama PTSD.
"Itu bahkan tidak umum bahkan bagi seseorang yang memiliki PTSD yang paling melumpuhkan," ujar Curry.
Dalam persidangan pada Rabu (20/4) lalu, Amber Heard mengakui pernah memukul Johnny Depp yang dihadirkan lewat rekaman suara yang diambil secara diam-diam.
Rekaman suara tersebut terdengar bahwa Heard kerap protes terhadap Depp yang terus-menerus kabur ke kamar mandi ketika mantan pasangan itu sedang bertengkar.
Depp menuding Heard meninju dirinya, namun rekaman suara itu memberikan jawaban yang berbeda.
"Lo enggak ditinju, lo dipukul," kata Heard dalam rekaman itu.
"Gue minta maaf memukul lo seperti itu, namun gue enggak ninju lo. Gue enggak menghajar lo, gue memukul lo," lanjut Heard.
"Gue enggak tahu itu gerakan tangan apa sebenarnya. Tapi lo enggak apa-apa. Gue enggak menyakiti lo. Gue enggak meninju lo. Gue cuma memukul lo," kata Heard.
Johnny Depp menggugat Amber Heard atas kasus pencemaran nama baik pada Maret 2019. Ia melayangkan gugatan tersebut terkait tulisan mantan istrinya yang dipublikasikan di Washington Post pada 2018 dengan judul "I spoke up against sexual violence - and faced our culture's wrath. That has to change".
Meskipun nama Depp tidak tercantum dalam tulisan tersebut, sang aktor merasa dirugikan. Ia menilai Amber Heard telah merusak karier film dan reputasinya sebagai seorang figur publik.