Meski begitu, Barbie Kumalasari masih menjadi sasaran hujatan netizen, apalagi dengan mengambil peran sebagai pembela terdakwa pencabulan. Netizen menilai keputusan itu bertentangan dengan upaya Barbie yang menyuarakan anti-kekerasan seksual.
Barbie menyadari penolakan tersebut. Ia juga memahami alasan mereka. Terlebih, ia adalah seorang perempuan dan memiliki seorang anak perempuan.
Bahkan, ia juga kesal dengan terdakwa. Namun tuntutan terhadap terdakwa yang mencapai lebih dari lima tahun, hukum mensyaratkan terdakwa harus didampingi advokat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sangat marah sekali, saat dengar dakwaan [dari JPU] saya sudah enggak kuat," kata Barbie.
"Saya seperti mau keluar dari ruang sidang, karena sakit sekali mendengarnya, apalagi saya seorang ibu punya anak perempuan, saya sangat marah sekali," lanjutnya.
"Dikarenakan tuntutan profesi, jadi di sini saya sebagai pengacara tetap profesional. Walau saya sebagai pembela terdakwa pencabulan, tetapi batin nurani saya tidak setuju, dan marah sekali, atas perbuatan klien saya," kata Barbie.
Dalam menangani kasus yang tidak sesuai dengan nuraninya tersebut, Barbie mengaku menggunakan pandangannya sebagai seorang perempuan dan ibu satu anak.
Caranya, ia mencari tahu penyebab yang mungkin melatarbelakangi tindakan pelaku. Harapannya, alasan itu bisa cukup logis dibawa ke persidangan.
"Apakah beliau itu mengidap penyakit, sehingga suka sama anak kecil, mungkin ada penyakit pedofil, atau penyakit lain, atau mungkin ada trauma lain, sehingga beliau melakukan itu pada anak-anak," kata Barbie.
(tim/tim)