Di luar urusan produksi kostum, cosplayer juga memikul tanggung jawab untuk bisa mendalami karakter yang mereka perankan. Cosplayer seperti Echow dan Rikku mengatasi itu semua dengan berlatih akting.
"Misalnya dalam anime seperti apa, harus tahu cerita karakternya seperti apa," kata Echow.
"Kalau misalnya cosplay Sailor Moon ya nonton Sailor Moon, dia seperti apa. Lalu diolah lagi kalau membawakan karakter ini saya harus bagaimana. Ya, seperti akting," kata Echow.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada juga disampaikan oleh Rikku yang menilai cosplay bukan sekedar tampil membawakan karakter tertentu. Ia menilai orang yang tidak memahami cosplay hanya akan melihat cosplayer sebagai orang yang memakai kostum.
"Banyak kemampuan dan feeling yang hanya dimiliki cosplayer,' kata Rikku.
Ia bahkan menilai cosplay adalah seni yang unik karena pelakunya harus memiliki kemampuan seni walaupun tidak terlalu menguasai di bidang itu.
"Tapi harus bisa. Misalnya menjahit, harus tahu seni, Terus harus bisa akting jadi karakternya," kata Rikku.
Aji Yudistira, pengamat budaya Jepang dari Universitas Al-Azhar Indonesia, mengatakan bahwa banyak cosplay yang memberikan sentuhan seni setiap kali tampil. Meski, hal itu bukan suatu keharusan.
"Karena sebenarnya cosplay itu kan bermain. Kalau Anda suka [karakter] ini, ya sudah pakai saja kostum tersebut untuk mengungkapkan kesukaan Anda terhadap sesuatu atau tokoh dari suatu karya," ujar Aji.
Dalam buku yang berjudul "Cosplay Naze Nihonjin wa Seifuku ga Suki na noka" oleh Fukiko Mitamura, ia tidak menjelaskan bahwa cosplayer mesti mendalami peran karakternya
Namun, kata Aji, bisa mendalami karakter yang cosplayer perankan saat cosplay menjadi suatu kebanggaan bagi cosplayer.
"Semakin dia narikiru, semakin menjadi karakter tersebut, semakin bagus dan semakin baik," jelas Aji.
"Jadi pada dasarnya memang tidak ada aturan yang mengikat di dalam cosplay, cuma mungkin bagi cosplayer mereka punya pride tersendiri akan hal tersebut," pungkasnya.
![]() |