Jakarta, CNN Indonesia --
Perusahaan riset yang pernah disewa kuasa hukum Amber Heard menyatakan para pendukung sang aktris menjadi target pelecehan troll (akun pemancing emosi) di Twitter saat melawan Johnny Depp dalam kasus pencemaran nama baik.
Bot Sentinel mengungkapkan hasil analisisnya, yakni lebih dari 14.292 cuitan menyertakan setidaknya satu dari empat tagar anti-Heard yang viral kala itu, yakni #AmberHeardIsAnAbuser, #AmberHeardLsAnAbuser, #AmberHeardIsALiar, dan #AmberHeardLsALiar.
Perusahaan tersebut, seperti dikutip dari Variety pada Senin (18/7), juga menemukan 24 persen akun baru dibuat dalam tujuh bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Troll kasar yang diidentifikasi sebagai pendukung Johnny Depp telah membuat perempuan jadi sasaran pelecehan verbal dan pelecehan yang ditargetkan," berdasarkan perusahaan tersebut.
"Troll toksik terus mencuitkan tagar anti-Amber Heard dan menyerang perempuan beberapa pekan setelah persidangan Depp vs. Heard berakhir," tulis Bot Sentinel dalam laporan itu.
Bot Sentinel juga menuding pendukung Johnny Depp "mengumbar informasi keluarga seorang perempuan dan membuat akun Twitter palsu menggunakan foto anak perempuan itu yang telah meninggal untuk menjebaknya."
Berdasarkan laporan tersebut, tim pengacara Heard telah menghubungi Bot Sentinel pada 2020 dan menyewanya untuk "menentukan aktivitas terhadap Heard di media sosial adalah organik atau ada penjelasan lain."
[Gambas:Video CNN]
Perusahaan kemudian menyimpulkan sebagian besar aktivitas di media sosial terhadap Heard tidak organik.
Namun, Bot Sentinel kemudian mengklaim tidak disewa tim Heard untuk secara khusus melakukan peninjauan terbaru terhadap aktivitas tersebut atau untuk menyusun dan menerbitkan laporan ini.
Lanjut ke sebelah...
Menurut situs web Bot Sentinel, pendiri Christopher Bouzy mendirikan organisasi tersebut pada 2018 sebagai proyek yang didanai komunitas "untuk membantu memerangi disinformasi dan pelecehan yang ditargetkan."
"Kami percaya pengguna Twitter harus dapat terlibat dalam wacana online yang sehat tanpa akun yang tidak autentik, troll beracun, negara asing, dan kelompok terorganisasi yang memanipulasi percakapan," kata perusahaan itu.
Bot Sentinel mengatakan telah mengirimkan daftar ratusan akun yang ditentukan perusahaan "melanggar beberapa aturan dan kebijakan platform," termasuk ancaman kekerasan dan manipulasi platform kepada Twitter.
"Twitter pada dasarnya membiarkan para wanita berjuang sendiri dengan sedikit atau tanpa dukungan dari platform," tulis Bot Sentinel dalam laporan 18 Juli.
Perwakilan Twitter tidak menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.
Pekan lalu (14/7), pengadilan menolak permintaan Amber Heard terkait pembatalan sidang kasus pencemaran nama baik antara dirinya melawan Johnny Depp, karena salah satu juri diklaim 'salah orang'.
Menurut dokumen pengadilan yang dilaporkan ET pada Rabu (13/7), Hakim Penney S Azcarate memutuskan tidak ada bukti penipuan atau kesalahan pada juri seperti yang diklaim kubu Amber Heard.
"Heard memiliki setiap peluang untuk menolak atau [mengatakan kebenaran] atas kasus tersebut. Para pihak pada umumnya harus mengajukan keberatan pada saat keputusan atau perintah yang dibuat untuk memberi tahu Pengadilan bahwa sebuah masalah telah terjadi," lanjutnya.
Kubu Amber Heard sebelumnya meminta Pengadilan untuk menolak persidangan dan hasilnya karena menilai salah satu juri di persidangan itu sebenarnya ditunjuk bukan untuk kasus mereka.
Menanggapi hal itu, Hakim Azcarate kemudian menyatakan kedua kubu memiliki kewajiban untuk memastikan keakuratan informasi yang diberikan kepada panel juri.
[Gambas:Video CNN]