Jakarta, CNN Indonesia --
Menyaksikan Emergency Declaration di tengah pandemi membuat saya seperti ingin mengencangkan masker ketika berada di bioskop.
Tak hanya itu, film Korea bertabur bintang ini dengan amat baik bisa membuat penonton secara maksimal khawatir untuk kembali naik pesawat, bertahan di tengah pandemi, termasuk menurunnya kepercayaan kepada pemerintah.
Semua hal itu dikemas dalam film berdurasi 140 menit. Sutradara Han Jae-rim selaku penulis naskah memastikan Emergency Declaration menyajikan sesuatu yang baru di tengah begitu banyak jenis teror dalam penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teror kini tak lagi diberikan lewat aksi bersenjata, bom bunuh diri, atau hewan mematikan yang berada dalam pesawat. Para penumpang pesawat ditampilkan dalam bahaya akibat senjata tak kasat mata, yakni virus.
Salah satu hal yang membedakan film ini dengan teror di pesawat lainnya adalah sosok mastermind yang turun langsung untuk menyiapkan aksi hingga eksekusi, tanpa menyuruh pihak lain.
 Review film Korea Emergency Declaration (2022), sosok mastermind teror dalam film ini turun langsung untuk beraksi tanpa orang lain. Foto: (C-JeS Entertainment via KOFIC) |
Tak hanya itu, Emergency Declaration juga banyak bermain dengan perasaan yang membuat film tersebut terasa seperti melodrama.
Sifat manusia untuk selalu menyelamatkan diri sendiri terlebih dulu dikapitalisasi dalam film tersebut. Bisa dibilang hal itu malah menjadi poin utama dalam film ini.
[Gambas:Video CNN]
Menyelamatkan diri sendiri tak lagi hanya hitungan personal, melainkan jumlah besar hingga sebuah negara yang melibatkan pemerintahan.
Han Jae-rim pun banyak menampilkan proses perdebatan antarmenteri atau pejabat sebelum mengambil keputusan. Ketika berdebat, setiap pejabat itu sama-sama mengklaim demi kebaikan warga, walau harus mengorbankan warga itu sendiri.
Lanjut ke sebelah...
Oleh sebab itu, Emergency Declaration juga berpotensi membuat penonton bisa mempertanyakan kembali atau mengaitkan adegan debat para pemerintah itu dengan pemerintah mereka di dunia nyata.
Jeon Do-yeon dengan piawai menghidupkan sosok menteri ideal dan idaman warga. Ia bergerak cepat saat mendengar permasalahan di pesawat yang membawa banyak warga Korea di dalamnya. Ia juga berusaha memastikan warga yang di udara dan di darat bisa sama-sama selamat.
Akting Song Kang-ho sebagai detektif, ayah, dan suami dalam film ini juga tak perlu diragukan kembali. Jika aktor Sung Dong-il dikenal sebagai caring father dalam banyak drama, Song Kang-ho bisa dibilang sebagai ayah yang ekstrem dalam beberapa proyek terakhirnya.
Sementara itu, saya hanya memiliki satu kalimat untuk mengomentari karakter Lee Byung-hun dalam film ini, "Ku kira cupu ternyata suhu."
Kendati demikian, film ini memiliki sedikit catatan. Salah satunya adalah tidak jelasnya masa inkubasi virus dalam tubuh para penumpang.
Ada banyak penumpang yang meninggal dengan cepat tapi ada juga yang bisa bertahan dalam waktu sangat lama.
 Review film Korea Emergency Declaration, ada bagian yang ditampilkan terlalu panjang sehingga memengaruhi durasi. Foto: (C-JeS Entertainment via KOFIC) |
Selain itu, Han Jae-rim juga terlihat ingin menampilkan kekacauan dalam pesawat ketika pilot terdampak virus dalam waktu lama yang kemudian berpengaruh pada durasi film tersebut.
Pada akhirnya, Emergency Declaration merupakan film yang membangun ketegangan dengan baik, dan membuat imajinasi menjadi liar tak hanya mengenai penyebaran virus tapi ke hal-hal lainnya.
Jika Korea Selatan memiliki Train to Busan untuk teror penyebaran virus (zombi) di darat, mereka memiliki Emergency Declaration menjadi sarana untuk menyebarkan teror bagaikan perangkap di udara.
Emergency Declaration juga dibintangi Im Siwan, Kim Nam-gil, Kim So-jin, dan Seol In-ah. Emergency Declaration tayang mulai 16 Agustus di bioskop Indonesia.
[Gambas:Youtube]