Sehingga, akan sulit bagi mereka itu untuk mendapatkan akses kebebasan seperti seharusnya.
"Ketika aku telah keluar dari rumah itu - yang mana sangat aku inginkan, tapi aku tidak memiliki aksesnya - kalau saja aku bisa menyentuh lemari dia dan membakar buku itu, maka itu akan aku lakukan," cetus Madison mengenang masa lalunya.
"Karena aku sangat jijik dengan bagaimana ia terus mencatat dengan siapa saja ia berhubungan badan setiap malamnya," imbuh Madison.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan juga ia mengambil gambar telanjang dari setiap perempuan ketika berada di limusin dalam keadaan mabuk, lalu mencetak gambar itu, memberikan gambarnya kepada setiap perempuan yang ada di limusin, lalu menaruhnya pada sebuah scrapbook," tukasnya.
Keadaan itu pula yang membuat Madison merasa ragu dan takut untuk keluar dari zona itu, pada awalnya.
"Itu juga yang membuatku merasa aneh dan takut untuk meninggalkannya, menurutku itu bakal menjadi sebuah rangkaian revenge porn yang akan dilihat orang suatu saat nanti," imbuh Madison.
"Jadi aku memutuskan untuk sembunyi saja di sana - itu sangatlah menjijikkan," terangnya.
Tak ragu, Madison bahkan mengungkap kebiasaan lain dari mendiang Hefner. Menurut Madison, Hefner akan berpura-pura menangis di depan orang ketika situasi di dalam mansion sedang tidak kondusif.
"Ketika kami sedang merasa emosional terhadap sesuatu atau kami sedang meminta sesuatu, dia mulai berpura-pura menangis," ujarnya.
"Sangat jelas, itu adalah akting yang begitu buruk," pungkas Madison.