Apakah Etis Baim Wong Jual Kemiskinan Demi Konten?
Baru-baru ini aksi Baim Wong diprotes netizen karena mengungkap identitas seorang siswi Sekolah Dasar (SD) berkutu di Karanganyar, Jawa Tengah.
Netizen menilai sikap Baim itu tidak memikirkan perasaan sanga anak. Pasalnya, wajah, nama, hingga alamat rumah anak tersebut ditampilkan secara jelas dalam video yang diunggah di YouTube Baim Wong.
Terkait konten Baim tersebut, pengamat sosial budaya Devie Rahmawati mengungkapkan empat hal yang perlu diperhatikan content creator dalam memproduksi konten.
Pertama, content creator harus mempertimbangkan etis atau tidaknya isi konten ketika akan menayangkan sesuatu.
"Apakah itu etis untuk mempertontonkan keburukan atau kekurangan seseorang?" ujar Devie kepada CNNIndonesia.com, Senin (5/9).
Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah budaya. Menurut Devie, konten juga perlu menyesuaikan budaya setempat.
Konten yang mengeksploitasi kekurangan seseorang, seperti yang dilakukan Baim, perlu ditinjau kembali apakah sesuai dengan budaya Indonesia.
"Apakah mengeksploitasi kekurangan itu merupakan budaya Indonesia? 'Kan itu pertanyaannya," tuturnya.
Ketiga, content creator juga mesti mempertimbangkan keamanan subjek maupun objek yang ditampilkan. Devie berujar konten anak SD berkutu di Jawa Tengah yang viral harus memikirkan efek jangka panjang bagi sang anak.
"Apakah konten tersebut aman buat sang anak? Suatu hari di masa depan?" ujar Devie.
Terakhir adalah soal keterampilan. Content creator, menurut Devie, tidak boleh hanya menguasai keterampilan teknis pembuatan konten. Para kreator juga harus menguasai tiga aspek sebelumnya.
"Karena ada dasar-dasar yang sifatnya universal, tidak peduli bangsanya di mana, tidak peduli sukunya di mana, kita semua punya nilai-nilai yang universal terkait etika, budaya, dan keamanan," papar Devie.
Lanjut ke sebelah...