Jakarta, CNN Indonesia --
Sudah jadi nasib film remake untuk selalu dibandingkan dengan versi aslinya, termasuk Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia garapan Hanung Bramantyo ini.
Film tersebut merupakan garapan ulang dari film bertajuk sama asal Korea Selatan. Film aslinya meledak di pasaran pada 2013 lalu dan membuat siapapun yang menontonnya meneteskan air mata, termasuk saya.
Secara umum, baik versi Indonesia maupun versi Korea, Miracle in Cell No. 7 punya cerita yang sama. Film ini mengangkat kisah orang keterbelakangan mental yang dipenjara dan harus meninggalkan anak perempuannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam plot asli yang merupakan ciptaan Lee Hwan-kyung itu, tokoh utama yang berkebutuhan khusus ini dipenjara karena dituduh melakukan kejahatan.
Kini di tangan Hanung, film yang bikin mewek itu coba dikemas dengan 'bumbu-bumbu' tambahan khas lokal, tanpa mengubah hidangan utamanya. Niatnya, supaya film Korea ini terasa 'Indonesia banget'.
Hal itu terlihat dari unsur-unsur budaya yang dimasukkan Hanung Bramantyo dalam film berdurasi 145 menit ini. Mulai dari tradisi adat, keagamaan, pakaian, hingga makanan.
 Review film: Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia ini masih punya plot yang sama, hanya dengan bumbu-bumbu lokal khas Hanung Bramantyo. (dok. Falcon Pictures via YouTube) |
Usaha Miracle in Cell No.7 melokal sebetulnya bisa dikatakan berhasil. Namun kembali lagi, karena saya sudah tersentuh dengan versi asli, ada beberapa hal lokal itu yang terasa tidak cocok untuk dibaurkan dalam film ini.
MIRACLE IN CELL NO 7 (2022) |
Misalnya saja lagu selawat I'tiraf sebagai musik layar Dodo (Vino G Bastian) dan Kartika (Graciella Abigail) kabur dengan balon udara.
Rasanya musik yang sempat dipopulerkan oleh mendiang Jefri Al Buchori itu kurang pas untuk adegan tersebut, dan akan lebih baik diganti dengan musik mellow pop. Meskipun, lagu tersebut secara makna sesuai dengan kondisi hati Dodo.
Meski begitu, Miracle in Cell No.7 versi lokal ini memang perlu diacungi jempol, terutama akting para pemainnya yang totalitas. Khususnya, aksi duo komika Indra Jegel dan Rigen Rakelna. Saya angkat topi untuk mereka.
Lanjut ke sebelah...
Penampilan Indro Warkop pun tak perlu diragukan. Aksi komedian senior langganan di film Falcon Pictures ini paling apik.
Karakternya sebagai ketua geng napi tapi berhati Hello Kitty ini selalu mengundang tawa. Usia Indro yang telah berumur justru terlihat makin mematangkan kebolehan dia berakting di layar lebar.
Akting Graciella Abigail sebagai Kartika kecil juga tidak bisa dilewatkan. Anak usia 9 tahun itu terlihat sangat murni memerankan karakter Kartika.
Jiwa Kartika seakan merasuk ke dalam Graciella, karena gadis kecil itu tampak menggemaskan sekaligus memilukan dalam waktu bersamaan.
Pujian juga saya berikan untuk Denny Sumargo. Bagi saya yang baru kali ini melihat aksinya, raut muka Densu mampu menampilkan hal yang detail, seperti kedutan mata yang membawa saya tenggelam dalam adegannya.
Namun sayang, ketika pemain karakter-karakter samping menampillkan performa memikat, hal berbeda terjadi dengan Vino G Bastian yang menjadi pemeran utama.
 Review film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia: Akting Graciella Abigail sebagai Kartika kecil juga tidak bisa dilewatkan. Anak usia 9 tahun itu terlihat sangat murni memerankan karakter Kartika. (dok. Falcon Pictures via YouTube) |
Aksi Vino sebagai Dodo tak cukup bisa membuat saya terpikat seperti Ryoo Seung-ryong menjadi Yong-goo pada versi Korea Miracle in Cell No. 7.
Memang antara versi Korea dan Indonesia sudah pasti ada perbedaan. Namun tetap saja Vino kurang bisa meyakinkan saya untuk menyelami sosok ayah dengan keterbelakangan mental yang menjadi pusat cerita film ini.
Apalagi, postur tubuh Vino terlalu kekar untuk ukuran orang yang bahkan kesulitan menjaga dirinya sendiri. Vino juga terlihat berusaha memerankan sosok anak kecil, alih-alih orang dengan retardasi mental.
[Gambas:Youtube]
Yah, kembali lagi, itu hanya hasrat saya yang ingin sekali lagi melihat para aktor tampan rela membiarkan wajahnya tak serupawan biasanya demi menjiwai secara total sebuah karakter yang kompleks.
Terlepas dari itu, karya Hanung Bramantyo ini sangat menarik untuk ditonton. Sutradara aslinya, Lee Hwan-kyung, bahkan memuji film remake versi Indonesia ini. Menurut Hwan-kyung, Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia merupakan remake yang terbaik dibandingkan versi lainnya.
Miracle in Cell No. 7 tayang mulai 8 September 2022 di bioskop seluruh Indonesia.